Tuhan, Aku Lelah

6 0 0
                                    

"Hidup adalah pilihan" katanya. Sudah seberapa sering kalimat itu keluar masuk dari indera pendengaranku. Demi untuk memastikannya lagi dan lagi, kubiarkan kalimat usang itu menari-nari dalam kepalaku

Setelah beberapa waktu kubiarkan silam, aku masih tetap mendengar kalimat yang sama.

Tuhan, jika yang mereka agungkan tentang hidup adalah benar bahwa ia pilihan, maka tolong tunjukkan padaku bagian manakah dari skenario yang Kau tulis ini yang merupakan hasil pilihan dari si sahaya ini?

Tuhan, aku lelah.

Aku lelah menjalani skenario tak berujung dan gundah yang tak kunjung bertemu kata "selesai".

Tuhan, cahayaku mulai redup seiring kobaran api jingga yang mengamuk dalam diriku perlahan menemukan alasan untuk purna.

Dapatkah kukatakan ia bagai tersisa bara api yang hidup segan mati tak mau.

Aaaaaarrrrrgggggghhhhhh.......

Ingin rasanya berdiri di puncak tertinggi lalu meneriakkan semua beban yang terasa seperti dinding tebal yang bergerak dan siap menghimpit kapan saja dan di mana saja

Seseorang yang kau kirim ke dalam hidupku pernah berpesan. Katanya "Kalau lelah, Istirahat
Kalau penat, menepi
Yang tidak boleh, berhenti"

Aku setuju...
Lantas bagaimana jika setelah istirahat dan menepi, rasa lelah dan penat itu tak kunjung tanggal? Haruskah aku mulai berhenti?

Terkadang suatu asumsi menelusup ke dalam benakku. "Apakah aku sekuat dan semampu itu hingga beban di pundakku rasanya seberat ini?"

Bukankah kataMu, Kau takkan memberi beban melampaui batas kemampuan hambaMu?

Sepertinya kau terlalu berlebihan menilaiku. Aku tak sekuat itu, Tuhan.

Hari ini pun aku membuktikan betapa lemah keyakinanku padaMu. Lihat saja sekarang, aku hanya berkutat dengan keluhan tak berujung tentang skenario yang telah dengan rapinya Kau susun sedemikian rupa.

Bukannya bersyukur, aku malah menyalahkan takdirMu.
Bukannya bergantung padaMu, aku malah protes dengan skenarioMu.

Tuhan, aku tidak sendiri. Masih banyak orang di luar sana yang sama sepertiku.

Iman kami tak setebal itu untuk percaya bahwa setiap batu sandungan yang kau tabur di jalan kami sejatinya agar kami tak lalai dan lengah

Iman kami tak setebal itu untuk percaya bahwa setiap hambatan di jalan kami sejatinya hadir untuk menyelamatkan kami dari bahaya di depan kami

Bagaimana kami bisa memahami itu, Tuhan?

Tuhan, hari ini aku katakan bahwa aku lelah.
Lelah menjadi pion yang berpindah dari satu kotak ke kotak lain mengikuti kehendak sang pecatur.
Lelah menjadi anak panah terus menerus terkungkung sang busur
Lelah menjadi sebatang pohon rapuh yang tak kunjung berbuah
Lelah menjadi sesendok gula untuk secangkir teh manis

Tuhan, sungguh aku ingin menjadi pelayan tak berupah
Aku ingin menjadi udara tak berupa
Aku ingin menjadi dia yang tak bernama
Sebab nama menjadikanku hina
Nama menjadikanku jumawa
Nama menjadikanku lengah

Aku ingin menjadi matahari yang tetap bersinar meski dicaci
Aku ingin menjadi hujan yang tetap turun meski dicerca
Aku ingin menjadi udara yang tetap berhembus meski dikeluhkan

Dapatkah kau hadirkan kembali "aku" ke dalam diriku lagi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuhan, Aku Lelah (katanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang