US. BAB I

3 0 0
                                    

Seorang gadis cantik berjalan santai menuju sekolah barunya. Hari ini, adalah hari pertama ia menjalani MOS di SMA 78. Kania Elodie Celeste, nama gadis itu. Gadis manis berpostur tubuh tinggi, dengan kulit kecoklatan, serta rambut bergelombang berjalan memasuki gerbang sekolah seraya membenarkan letak ID Card yang ia pakai.

Kemarin gue membuat ID Card dengan teman satu gugus, dan juga didampingi kakak pendamping kelas gue. Baik. Ternyata perkiraan gue salah, gue kira MOS di SMA lebih menyeramkan ternyata tidak seperti itu kenyataannya.

Disepanjang jalan menuju gerbang, sudah ada kakak kelas ber-jas hitam dengan wajah yang terlihat ngeri. Ya, terlihat menakutkan seperti ingin menerkam.

Tapi gue tidak terpengaruh, karena gue tidak melakukan kesalahan apapun hari ini. Gue masih bersikap sopan ya, meskipun sebenernya gue gak suka OSIS. Songong, sok pinter, dan sekenanya. Well, itu semua yang bikin gue gak suka sama OSIS.

Waktu SMP gue sempat bengal, tomboy, gue juga benci namanya OSIS, ntah kenapa kalau dilihat, mengikuti OSIS hanya ingin tenar, gue juga gagal paham dengan orang yang berpikiran seperti itu? OSIS itu kan ajang mencari prestasi, bakat, dan kementalan dunia luar.

Puk.

"Kelas lo apa?" tanya Ivana, sahabat gue dari jaman orok, sampai sekarang.

"Nakula, lo?"

"Gue Arjuna, dimana kelas lo?"

"Atas noh."

"Wih kita samaan ma bro! Yuk kelas!"

US.

Sampai sejauh sini sih gue masih okay aja. Gak ada masalah, dan kendala apapun. Dan pendamping kelas gue mayan gokil juga sih, temen - temen baru gue juga asik semua. Jadi, gue disini enjoy - enjoy aja.

"SEMUANYA DIHARAP BERDIRI!" pekik, seorang cowo ber-jas hitam yang tiba - tiba muncul didepan pintu, dengan raut muka ngerinya.

Dan, diikuti segerombolan cowo, cewe dengan memakai jas hitam. Apa – apaan ini, kenapa ada ginian? Ternyata dugaan gue salah, masih ada spesies senioritas, dan ajang balas dendam.

"SEMUA HANDPHONE DIKELUARKAN DAN DINONAKTIFKAN!"

Udah, jantung gue mau copot mas, lu teriak teriak kaya gitu, sans ae atuh mas. Batin gue.

"SEKARANG SEMUA TANGAN DILETAKAN DIATAS MEJA!"

Duh, mampus, tamat riwayat gue, gue kan pake kutek.

"Kamu, kamu tidak dengar perintah nya?" tanya kakak kelas itu. Okey, masalah hari ini.

Akhirnya mau gak mau, gue naruh tangan gue diatas meja. Siap mendengar celotehan, dalam hati gue udah mampus aja lu mah diterkam singa.

"Kenapa kamu memakai kutek?"

"Maaf kak, kelupaan belum dihilangi."

"Saya mau besuk sudah bersih, saya gak mau tau."

Please jantung, lo harus bisa kompromi sama gue. Kenapa gue jadi takut gini, astaga. Kania, ada apa dengan gue. Runtuk gue dalam hati.

Dan setelah mereka berceloteh ria,mungkin cape kali ya ngomel – ngomel mulu, dan mereka akhirnya pergi dari kelas gue, eh bukan kelas gue ding wkwk.

Sebagian ada yang cuma ngelus dada, ada yang masih spot jantung, dan ada juga yang ketawa.

Lucu mungkin ya ekspresinya saat marah - marah gajelas haha. Gue juga bayangin seremnya kakak kelas yang marahin gue tadi, eh bukan marahin deh, lebih tepatnya menegur.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang