Kontrak Selamanya

1.7K 218 7
                                    

Briana Laude adalah seorang gadis yang berasal dari panti asuhan. Semenjak lulus sekolah menengah atas memutuskan keluar dan hidup mandiri dengan bekerja sebagai pegawai di sebuah rumah makan pusat kota. Sampai usianya menginjak tiga puluh tahun Briana tetap melajang meski sudut hatinya terdalam ingin sekali memiliki kehidupan yang baru bersama keluarga kecilnya.

Namun, Briana sadar diri jika wajahnya tidak secantik gadis lainnya sehingga tak ada yang berminat padanya, bahkan dalam dunia kerja saja beauty privilage sangat kontras dan nyata.

Melihat kawan-kawan panti yang seusia dengannya sudah menikah dan hidup bahagia merajut bahtera rumah tangga kerap kali membuat Briana iri dan merutuki nasibnya. Ditambah selama satu tahun ke belakang perekonomiannya semakin mengenaskan.

Sejak pemilik restoran tempatnya bekerja wafat dan beralih ke kepemimpinan pada anak bungsunya, kerap kali terjadi kekacauan pada manajemen keuangan sehingga mengalami kebangkrutan dan terparahnya berujung tutup.

Mau tak mau Briana melakukan pekerjaan serabutan. Apa saja dikerjakan dengan tekun asal bisa menghasilkan--seperti menjaga toko kelontong, bantu-bantu usaha tetangga yang mendadak ada orderan banyak katering, bahkan menjadi pencuci piring di rumah makan pinggir jalan.

Tentu saja upah yang didapat sangat minim untuk memenuhi semua kebutuhannya. Walau sudah diatur sedemikian irit, tetap saja Briana kewalahan mengaturnya karena jam kerja harian lepas tidaklah efektif sehingga hanya cukup untuk mengisi perutnya agar tetap hidup.

"Kamu bisa memanggilnya Max."

Kelopak mata Briana mengerjap mencerna kalimat yang didengarkan saat pikirannya mengawang jauh. "Max? Siapa?" tanyanya bingung.

"Tentu saja beliau yang mempekerjakanmu," Wanita tegas itu membelai rambut boneka yang terbaring di tempat tidur. Melihatnya bersikap demikian terus terang membuat bulu kuduk Briana merinding.

Briana mengalihkan pandangan pada boneka anak laki-laki yang memakai setelan formal. Mengamati lama bola mata cokelat muda yang bulat pada boneka tersebut.

"Bagimana Nona Briana? Sebelum kamu menandatangani kontrak yang mengikatmu selamanya, ada baiknya dipikirkan supaya--"

"Saya bersedia. Tidak ada alasan kuat untuk saya menolak pekerjaan ini."

"Kapan kamu siap bekerja?"

"Hari ini juga."

Wanita paruh baya itu mengukir senyum tipis. "Memangnya tidak terburu-buru? Kamu harus berkemas karena selama bekerja akan tinggal di sini."

"Tidak, Bu. Saya sudah menyiapkan semuanya. Barang bawaan saya juga tidak banyak," kata Briana tegas karena memang tidak memiliki lagi tempat tinggal, tetapi ia tidak mungkin menceritakan kemalangan hidupnya.

"Berhubung kamu sudah yakin dengan keputusanmu, ada baiknya kamu beristirahat dulu. Nanti salah satu maid akan mengantarmu ke kamar yang akan kemu tempati. Dia juga akan mentatarmu mengenai tugas apa saja yang akan kamu lakukan saat bekerja. Dan ..." Ia mendekat mengulurkan tangan yang disambut hangat Briana. "Panggil saya Bibi Selvy. Saya selaku kepala asisten rumah tangga di mansion ini akan dengan senang hati membimbing Nona Briana selama tinggal di sini."

Briana melongo mendengar intonasi yang terkesan penuh rasa hormat padanya.

"Betty, tolong antarkan Nona Briana ke kamarnya."

Alih-alih bersikap layaknya atasan pada anak buah, Bibi Selvy justru bersikap sebaliknya di perkenalan pertama karena langsung memanggil seorang maid membawa barang bawaannya dan menggiringnya ke dalam kamar yang sangat sangat nyaman untuk seorang pengasuh.

Mysterious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang