Tepatkah bila semua kekacauan ini Mark simpulkan sebagai kiamat?
Orang-orang kehilangan jati dirinya. Makhluk-makhluk mengerikan yang kehilangan lengan kanannya, pembuluh darah pecah meletup-letup, geramannya yang seakan musik pengiring kematian, at...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebenarnya, apa yang mereka sebut-sebut sebagai kiamat?
Gunung meletus. Hujan lahar panas. Laut meluap-luap. Segalanya hancur, sama rata dengan tanah. Satu pun orang tak tersisa. Semuanya luntang-lantung, berlindung dari akhir dunia yang seharusnya mereka ketahui, saat itu tiba, percuma menyembunyikan diri.
Mark tak berani mendeskripsikan kiamat menurut dirinya sendiri. Tapi tanpa diterka-terka, suatu situasi menyergap. Bukan letus gunung berapi, bukan banjir bandang yang menyapu semua harta dunia. Kalau boleh mendefinisikan, mereka manusia. Sama-sama seperti Mark yang punya dua kaki dan dua tangan.
Anehnya, mereka hidup tapi mati. Mereka tidak normal. Mereka tak berakal. Daging mereka membusuk, baunya menyengat muak lebih parah dari tumpukan sampah. Tulang-tulang itu bengkok atau beberapa darinya malah patah, tapi mereka masih melangkah kendati tersaruk-saruk. Bola matanya menghilang, entah ke bawah atau ke atas, tapi mereka masih bisa menentukan arah lewat penciumannya. Pembuluh darah pecah meletup-letup, tapi mereka masih bisa bernafas. Urat-uratnya yang hijau menjalar di beberapa bagian tubuh, mengerikan laksana tanaman parasit yang merembeti pepohonan.
Dan pada saat mereka mulai menyerang, Mark terpaku bodoh sampai Haechan memekik lantang.
"Zombie, Mark! Mereka zombie!"
Mark belum-oh atau bahkan tidak-mau mempercayainya. Mark hanya ingin terbahak, menyimpulkan bahwa candaan Haechan kali ini jauh dari takar humornya. Tapi kenyataan memaksanya untuk jatuh percaya. Bahwa Haechan dan kalimatnya memang benar. Bahwa dunia ini diserang mayat hidup yang entah dikirim darimana.
Semuanya terlalu tiba-tiba. Tak ada benteng apalagi tameng. Mark benci segerombolan makhluk sialan itu kendati ia, Haechan dan Jeno amat menyukainya dalam layar kaca. Segalanya kian mendesak. Dunia ini terasa kosong tanpa pintu keluar.
Panggung komedi yang biasanya ditempati Mark dan didalangi oleh Haechan, sekarang disulap bagai dunia fantasi yang sebelumnya terasa fana.
Ini bukan komedi lagi melainkan sebuah pertarungan nyata yang butuh banyak pengorbanan. Semuanya semakin dekat dengan garis akhir.
Termasuk kebahagiaan yang terasa kian tipis.
𐀔
"Lari!"
"Tapi dia...."
"Berapa banyak orang lagi yang bakal kamu pungut?"
"Semua ini butuh kerja tim, semakin banyak orang, semakin kuat."
"Semakin banyak juga nyawa yang harus dipertanggung-jawabkan. Kamu nggak ngerti itu?"
𐀔
"Jisung, tinggalin dia."
"Nggak bisa, aku nggak bisa."
"Kita nggak punya pilihan. Pergi kalau kamu nggak mau dimakan."
"Itu terlalu berat, aku nggak bisa pergi. Dia nggak bisa sendirian di sini."
"Jadi egois sebentar aja. Aku bilang, ayo pergi atau kita semua—JISUNG LARI!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ssup! jumpa lagi sama bujang mimpi. Tekan 1 buat yang penasaran sama pertarungannya dream vs zombie-deul🤓☝️