Hyuga Hinata
.
.
.
.
.
Happy Reading guys!"Aku tak bisa membohongi perasaanku....."
"Aku tahu...... tapi-"
"Apa Sasuke membalas perasaanmu?"
"Ha?" Mendongak cepat, menatap sang safir dengan penuh tanya."bukannya kamu sudah tahu jawabannya?"
"Lantas kenapa kamu masih menunggunya?" Ia melangkah maju, mengikis jarak. "Bukannya sudah jelas dengan kediamannya, menandakan kamu tidak di terima di kehidupannya."
Sang gadis hanya bisa menunduk dalam.
"Jadi..... cobalah lihat aku," jemarinya menggapai dagu. "Aku menyayangimu sedari dulu dan itu tidak berubah sampai saat ini, dan setelah semua hal yang kita lalui. Perasaan ini tak bisa di bohongi-"
"Bagaimana dengan Hinata?"
"Dia akan mengerti", padahal jauh dalam hatinya sadar akan Cakra tubuh seseorang yang tengah tak beraturan 'maaf Hinata Cintamu tidak bisa ku balas'. Dan jawaban selanjutnya sang gadis tengah mengangguk maka dengan cepat ia memeluknya erat. "Terimakasih Sakura! Aku menyayangimu!".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sementara itu jauh beberapa meter di balik batu.Byakugan itu melemah, melemaskan otot - otot matanya, tergantikan oleh bulir - bulir air mata yang turun begitu deras, bahkan bibirnya ikut bergetar begitu pun dengan nafasnya yang berderu tak beraturan. "A-" ingin rasanya ia mengeluarkan kata tapi lidahnya terasa keluh. Belum lagi indra pendengar mendengung pasif, serta tubuh yang terasa berat hingga tanpa sadar ia meluruh ke tanah dengan sandaran batu besar. Sakit sekali. Hatinya begitu hancur, angannya terasa sirna dan hidup pun tanpa makna. 'Oh Khamisama apa ini yang di namakan patah hati', bergelayut sembari menunduk dalam.
Cinta yang ia jaga dari kecil hingga perang pun usai akan berakhir sia - sia, rasanya percuma saja usaha yang ia buat untuk sang pujaan hati, tidakkah dia tahu bahwa nyawanya tak lagi penting demi sang pujaan hati, serta semua yang ada dirinya ia jaga hanya untuk sang pujaan hati. Dengan sengaja ia tak pernah memakai baju misi terbuka karena tubuhnya ia jaga hanya untuk sang pujaan hati kelak. Gaya rambut yang seadanya, serta polesan wajah yang tak berarti. Semuanya memang sia - sia.
"Hgh-," segera ia dekap bibirnya, jangan bersuara. Jangan sampai orang lain tahu ia selemah itu. Dan ia pun berusaha berdiri, tertatih dengan fokus Cakra mengalir di telapak kaki. Kemudian berlari cepat. "Kalau itu yang membuatmu bahagia, aku harus menyerah denganmu!"
Dahan demi dahan ia lewati tanpa ragu untuk terjatuh, matanya lurus kedepan meski air itu masih mengalir membasahi wajahnya hingga jaket kebesarannya pun ikut basah. Namun dari arah berlawanan nampak sosok hitam yang menggunakan kecepatan yang sama dengan sang gadis. Terlewat begitu saja. Dan berhenti sejenak.
"Hyuga"
Hinata tampak tak mendengarkannya, ia hanya sibuk dengan fikirannya, dan melanjutkan perjalanannya.
Sementara sang pria membalikkan tubuhnya, mengusap pelan pipi sebelah kirinya, menatap jemari yang tengah mengusap air yang nampak jelas air itu bukan berasal dari dirinya. "Kenapa kamu menangis..." pertanyaan basi itu keluar begitu saja.
Ah ia jadi mengingat masa dulu. Dimana ia pernah menemukan Hinata tengah menangis di luar gerbang mansionnya sendiri. Namun saat itu ia masih terlalu kecil dan belum mengerti untuk menghiburnya, jadi yang ia lakukan hanya berdiam diri, menatapnya dari jauh dengan padangan yang sama saat pertama kali bertemu yaitu kagum. Anak sekecil itu tahu arti mendamba tanpa melukai, menyimpan erat tanpa ada yang mengetahui. Rasanya sudah cukup lebih baik diam daripada mengungkapkannya. Dan saat itu yang ia tahu adalah didikan sang ayah gadis itu yang membuatnya menangis, kemudian untuk yang kedua adalah saat perang usai, saat saudara sepupu sang gadis meninggal, ah bukannya wajar untuk di tangisi. Lalu sekarang yang ke tiga. Yang membuatnya penuh tanya, 'apa yang membuatnya sesedih itu hingga air matanya mengalir deras!'. Jelas ia tahu, hanya dengan gerakan angin saja mampu jatuh mengenai wajahnya. "Bagaimana aku bisa menghiburmu....Hinata"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
79
RandomLove and Effort Cinta dan Usaha . . . Baca aja Naruto milik Om masashi Kishimoto