Dunia yang dulu kukenal tidak pernah sama lagi setelah aku mengirimkan surat ungkapan.
Aku melupakan bukan karena berhenti mengharapkan, melainkan merelakan karena hati yang penuh tekanan.
Tak terhitung tahun aku menyimpan perasaan setelah kamu aku jadikan sandaran.
Bermain dalam lingkar permainan di usia masih belasan.
Kita berdua beradu tatapan namun tanpa tahu keinginan.
Kamu jadikan sanubari sebagai rekaan ketika mereka mencomblangkan.
Masih kuat cupit perasaan menginginkan jambatan.
Berharap balasan tidak semenyakitkan kenyataan.
Ikrar keceriaan kamu tunjukkan saat raga ini menghilang.
Mengintip mu menantikan waktu kedatangan meski tahu bahwa hal ketidak pastian.
Ingatan demi ingatan memalukan mengupas pikiran terdalam.
Berharap masa depan mempertemukan namun demikian akupun tidak tahan.
Kamu berjalan dalam genggaman, membawa kebahagiaan bersama dia yang kamu idamkan.
Pantaskah aku berangan?