Knot [2/3]

210 34 0
                                    

"Apa kau sedang dekat dengan Makoto?" Aku menatap tajam ke arah Itsuki yang selalu saja merasa malas dengan tatapan penasaranku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut setelah satu minggu setelah hari itu.

"Apa kau masih demam? Tiba-tiba menanyakan hal tersebut."

"Icchan!"

"Berisik. Tidak usah berteriak seperti itu di kelas, bisa tidak?"

"Gak peduli, toh hanya ada kita di sini."

Sudut mata Itsuki melirik ke arah Kazuma serta Makoto yang baru saja memasuki ruang kelas. Yah, sepertinya perkataanku salah. Nampaknya ada dua eksistensi lain yang ada bersama kami.

Sejenak Makoto tersenyum ke arahku dan entah apa maksudnya. Lalu Kazuma seperti biasa langsung menuju tempat duduknya setelah melemparkan tatapan sinis ke arah Itsuki. Aku tahu kalian sedang perang dingin, namun tidak bisakah aku tak melihatnya saja? Rasanya cukup menyedihkan, memang. Coret. Sangat menyedihkan. Saat itu pula entah mengapa kakiku melangkah pergi meninggalkan ruang kelasku.

"Tidak mau menyusulnya?"

"Biarkan saja."

Hari ini aku meninggalkan beberapa pelajaran dengan alasan masih demam dan izin pergi ke UKS. Tentu saja semua hanya alasan dan kebohonganku, untunglah semuanya berjalan lancar sehingga aku dapat merebahkan tubuhku di atas ranjang yang cukup empuk di sini. Beberapa minggu ini memang pikiranku penuh dengan berbagai macam hal. Dimulai dari lomba menyanyi yang akan diadakan sebentar lagi, dimana aku dipaksa ikut oleh okum-oknum licik itu. Terlebih lagi tentang Kazuma yang menaruh hati pada Makoto. Sedangkan Makoto nampak dekat dengan Itsuki. Merepotkan.

Saat ini aku memejamkan mataku, berharap dapat menghilangkan pemikiran buruk itu dengan segera, namun nyatanya khayalanku malah semakin buruk sehingga tanpa sadar air mataku menetes begitu saja. Tentang lomba, bagaimana jika aku kalah dan mengecewakan banyak orang yang sudah mempercayaiku? Lalu tentang hubungan di antara Kazuma, Itsuki serta Makoto sejujurnya aku tak tahu lagi bagaimana aku harus menempatkan diriku di antara mereka.

Itsuki adalah sahabatku sendiri, walaupun sebagai manusia dia cukup menyebalkan. Sementara itu Makoto hanya anak baik yang selalu tersenyum kepada semua orang, termasuk diriku. Tentang Kazuma, mungkin lebih baik aku melupakan dirinya, bukan?

Benar. Melupakan. Jika saja melupakan semudah itu maka aku sudah dapat melakukannya dari dulu. Sialan.

Benar-benar bodoh sampai aku masih menangisinya seperti ini.

"Apa kau baik-baik saja?"

Ah, suara itu aku dapat mengenalinya dengan jelas.

"Kau menangis? Apa demammu semakin parah?"

Aku pun hanya tersenyum dan menggelengkan kepalaku ketika sosok itu mendekat.

"Makochan," sapaku pada sosok Makoto yang kini menatapku cemas. Ternyata benar, Makoto memang anak baik yang sangat mungkin untuk dicintai semua orang. Kenapa ya aku tidak mencintai dia saja?

"Ya?"

"Kenapa kesini? Bukankah masih ada pelajaran lainnya?" tanyaku dan lagi-lagi aku mendapatkan senyuman manis dari sosok Hasegawa Makoto.

Tak lama aku mendengar suara kursi yang ditarik dan kursi itu kini berada tepat di samping ranjangku. Makoto duduk di sana, sesaat terdiam menatap ke arah langit biru hari ini.

"Membolos sebentar kurasa tidak masalah." Makoto berucap di sana. "Atau aku malah mengganggu waktu istirahat Hokuchan?"

Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku karena aku sama sekali tidak terganggu. Aku hanya sedikit terkejut saja beberapa saat yang lalu.

Knot [KazuHoku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang