Kau terlihat manis saat marah

417 54 16
                                    

Mengingat Izana yang pernah hadir dalam hidupnya, Kakucho tanpa sadar menangis dalam diamnya. Ran yang melihat itu merasa sedikit khawatir, pasalnya ia sering melihat Kakucho menangis tanpa sebab. Dengan khawatir Ran membantu Kakucho menyeka air matanya. Penuh perhatian dan lemah lembut.

"Ada apa Kakucho?" Cemas Ran.

Kakucho telah membuat suasana sedikit canggung. Dia menepis tangan Ran dan menutup mata dengan tangannya. Memunggungi Ran untuk menyembunyikan mata lembapnya.

"Aku tak apa." Semunya.

Ran tahu Kakucho sedang tidak baik-baik saja, dia ingin menghibur Kakucho meskipun tak ada gunanya. Jadi dia pun memeluknya dan berkata, "Kau akan baik-baik saja. Jadi jangan menangis lagi, oke."

Kakucho hanya terdiam, wajahnya pucat dan terlihat sendu. Ia menundukkan kepalanya dan merenung, hingga tanpa sadar tertidur di pelukan Ran.

Esok paginya Kakucho terbangun dari tidurnya. Ia duduk di atas kasur dan melihat, di sebelahnya tampak Ran masih tidur dengan nyenyak. Kakucho mengubah posisi duduknya dan meletakkan kakinya di atas lantai. Ia berdiri dan berjalan keluar kamar untuk mengambil segelas air di dapur.

Setelah kepergian Kakucho, Ran terbangun dan bersandar sambil menyibak rambutnya, tak dapat menemukan kekasihnya di sampingnya. Beberapa saat kemudian, Ran pun beranjak dari tempat tidur. Ia berjalan keluar kamar dan melihat Kakucho di dapur sedang mengambil sesuatu dari dalam kulkas. Ia menghampirinya dan memeluknya dari belakang.

"Pagi." Sapanya sambil menenggelamkan wajahnya di pundak Kakucho.

"Selamat pagi. Bagaimana tidurmu?" Tanya Kakucho.

Ran mengangkat kepalanya, dagunya berada di pundak Kakucho dan ia melihatnya sedang membuka kaleng bir di tangannya. Dengan manja Ran mengelus leher Kakucho dengan rambutnya.

"Tidak bagus." Jawab Ran.

"Kenapa?" Tanya Kakucho, lalu meneguk minumannya.

"Aku terus mencemaskan mu."

Kakucho kaget, dia menyemburkan minuman di dalam mulutnya keluar dan tersedak. Dia berseru, "Hah?!"

Ran tersenyum miring, ia terlihat senang melihat reaksi Kakucho saat ini. Jadi dia mencoba untuk mempermainkannya, menggoda Kakucho dengan meraba pahanya. "Aku suka caramu berpakaian. Apa kau berniat menggoda ku?"

Kakucho seketika memerah, ia memukul tangan Ran dan menyuruhnya untuk berhenti melakukan itu. Ran mengangkat tangannya memposisikan seperti posisi menyerah. Kemudian Kakucho pun berbalik untuk menghadap Ran, memberikan bir itu kepadanya.

"Jangan lakukan itu lagi, atau aku akan marah." Ujar Kakucho memperingatinya.

Ran yang melihatnya merona menjadi semakin bersemangat. Dia merangkul pinggang Kakucho, lalu mencium birbirnya dengan lembut. "Kau terlihat manis saat marah, jadi jangan lakukan itu atau aku akan ereksi."

Mendengar perkataan Ran yang cabul, raut wajah Kakucho seketika memasam. Alisnya turun dan matanya menyipit, namun ia masih tidak bisa menyembunyikan rona merah di telinganya. Tidak kuasa meladeni Ran, dia pun pergi untuk mandi. Melihat Kakucho yang benar-benar marah padanya, Ran pun terus membuntutinya, untuk meminta maaf kepadanya.

Di kantor Bonten para eksekutif telah hadir, mereka berkumpul untuk mendapatkan perintah baru dari Bos. Mikey yang tengah duduk di samping Kakucho memerintahkan Haitani bersaudara dan Sanzu untuk menghancurkan sebuah pabrik senjata. Mereka melaksanakannya seperti itu adalah perkara mudah, jadi mereka pun pergi dan menuju ke pabrik tersebut.

"Bagaimana hubungan mu dengannya?" Tanya Rindou berdiri di samping Ran sambil bersandar di dinding.

"Tidak ada perubahan. Kami tidur bersama, tapi tidak melakukan apapun. Dia selalu menolaknya dan aku bingung harus melakukan apa lagi. Apa kau ada saran, adik kecil?" Tanya Ran sambil menonton kebodohan Sanzu dari belakang dengan malas.

"Bius saja dia dan lakukan tanpa dia tahu." Jawab Rindou memberi saran.

"Hmm, bagus juga saran mu. Tapi sepertinya aku memikirkan ide yang lebih bagus lagi daripada itu." Ujar Ran tersenyum jahat.

Setelah selesai meledakkan pabrik itu, mereka pun kembali ke kantor tepat di tengah hari. Cuaca terasa panas, tapi tidak bagi Kakucho. Ia hanya mengenakan celana dan blezer tipis di antara pundaknya. Kakucho yang tengah menganggur pun kemudian melihat kedatangan Trio Bonten masuk ke kantor. Dia melihat Ran berjalan menghampirinya dan duduk di dekatnya.

"Bagaimana pekerjaan mu?" Tanya Kakucho.

"Berjalan mulus." Jawab Ran tampak senang.

"Hmm..." Gumam Kakucho sedikit cuek.

Ran merangkul Kakucho, meletakkan tangannya ke belakang lehernya. Dia mendekat pada Kakucho dan kemudian berbisik di telinganya. "Kakucho, apa kau mau kencan dengan ku malam ini?"

Kakucho menoleh ke arah Ran dan menatap matanya. "Entahlah, aku banyak pekerjaan."

"Ayolah, hanya malam ini." Bujuk Ran sambil memberikan pose seperti sedang minum.

Kakucho menghela nafas berat, lalu ia pun menundukkan kepalanya dengan pasrah. "Baiklah, aku akan ikut dengan mu malam ini."

Malamnya di restoran yang cukup mewah, Ran memesan ruangan VIP untuk kencan mereka. Keduanya terlihat sangat tampan dengan kemeja yang mereka kenakan dan duduk saling berseberangan. Makanan yang telah dinanti pun di hidangkan bersamaan dengan sebotol bir di atas meja. Meskipun sedang berkencan, mereka tetap saja membicarakan tentang pekerjaan dimanapun mereka berada.

Melihat Kakucho tidak minum, Ran bertanya dengan penasaran. "Kenapa kau tidak minum?"

"Aku ada pekerjaan besok, jadi tidak dulu." Jawab Kakucho sedikit cuek sambil memotong steak di atas piringnya.

"Pekerjaan apa itu?"

"Kau tahu wanita yang bergabung dengan anggota ku seminggu yang lalu?"

"Ya, cewek yang mencurigakan itu tentu saja aku masih mengingatnya. Dia mencoba merebut mu dari ku."

Setiap kali Kakucho membahas tentang gadis itu, Ran akan merasa kesal dan mulai menggerutu. Sejak pertama keduanya bertemu pun Ran sudah tidak menyukainya begitu melihat wanita itu lengket pada Kakucho.

Lalu Kakucho pun mengerutkan dahinya dan menatap Ran dengan aneh. "Tapi bukan itu yang ku maksud."

Tingkah Ran membuat Kakucho sedikit tidak tenang, dia berhenti memotong daging di depannya, dan meletakkan garpu dan pisau kembali ke tempat. Kemudian mereka pun mulai berbicara dengan serius.

"Mikey bilang ada yang aneh dengan wanita itu. Sebelumnya aku tidak berpikir begitu karena dia sepertinya semakin dekat dengan kita. Tapi semakin ke sini, tidak hanya Mikey, tapi yang lainnya juga berkata begitu. Sampai Sanzu pun ingin membunuhnya sebelum Mikey memerintahkannya. Jadi karena hal itulah Mikey memerintahkan ku untuk menyelidikinya." Jelas Kakucho.

"Karena cewek itulah kau tidak minum?"

"Kenapa kau mengaitkan itu dengannya?" Heran Kakucho.

"Karena dia merusak rencana ku." Ujar Ran dengan tampang sinis.

"Rencana?"

"Tidak, bukan apa-apa. Abaikan saja apa yang ku katakan barusan."

"Hmm..."

Setelah percakapan itu, sekembalinya ke rumah. Kakucho dengan tubuh yang berat kembali ke kasurnya yang empuk untuk tidur. Tidak di sangka dalam hitungan detik ia pun tertidur dengan sangat nyenyak tanpa ingat untuk melepaskan kemejanya.

Tbc.

Your Attention (Ran x Kakucho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang