Prolog

288 75 72
                                    

Selamat datang di book Anaga Aksa, buku yang kesekian kalinya Rein tulis.

Book ini sedikit special dan tentunya aku punya rules tersendiri untuk Anaga Aksa.

1. Bacalah setiap paragraf tanpa melewati satu kata pun!

2. Follow akun ini!

3. Ini karya aku. Plagiat, membawa-bawa karya orang lain, membawa karakter lain silahkan out. This is Anaga Aksa bukan yang lain!

4. Cerita ini murni fiksi, tidak ada unsur nonfiksi. Harap pembaca bisa membedakan fiksi dengan dunia rl.

5. All pict berasal dari ig, pin, twt.

6. Apapun yang terjadi di cerita ini mohon dipahami, bersabar dan berdamai dengan fakta.

.
.
.
.

"Bagi Asa, Jogja itu istimewa."

"Jogja yang istimewa atau ada sesuatu yang istimewa di Jogja?"

***

"Kamu lebih cinta kota kelahiranmu atau kota perantauanmu?"

"Saya mencintai seluruh kota yang ada di Indonesia tanpa memilih-milih, karena tanah kelahiran saya adalah Indonesia."

"Apa tujuanmu datang kemari?"

"Mengejar sesuatu yang bisa dijadikan untuk perubahan negara kita, Pak!"

***

"Kelompok Moh Hatta! disini ada keluarga kalian yang dihukum. Kalian gamau bantu keluarga kalian? ga solid banget!"

"Siap senior! keluarga kita broken home!"

"Kamu yang jawab! siapa nama kamu?!"

"Siap! Haikal Izzati!"

"Oke, Izat maju ke depan gantikan hukuman keluargamu."

"Maaf senior, panggil saya Haikal jangan Izat!"

"Kenapa?"

"Siap senior! karena Izat bapak saya!"

***

Jalanan kota Jogja ramai dipenuhi para remaja berbalut jas kampus masing-masing, sembari mengangkat tinggi-tinggi karton bertuliskan tuntutan yang mereka sampaikan.

"MAU SEBERAPA BANYAK LAGI MASYARAKAT YANG MATI KARENA KELAPARAN?!" ujar Dimas si ketua BEM menyampaikan orasi.

"TURUNKAN HARGA PANGAN!"

"KETIKA KRISIS EKONOMI DAN HARGA PANGAN MELONJAK TINGGI, PARA DEWAN YANG TERHORMAT JUSTRU MALAH MENGEKSPOR BAHAN PANGAN MENJUALNYA DENGAN HARGA TINGGI! BAGAIMANA DENGAN KAMI PAK?!"

Tembakan gas air mata secara tiba-tiba membuat para mahasiswa mundur serentak sembari menutup mata.

Tak sedikit dari mereka yang terpisah dari rombongan, rasa pedih di mata membuat mereka kalang kabut mencari teman-temannya yang hilang.

Pekikan para mahasiswi yang sudah tak bisa lagi membuka mata terdengar dimana-mana. Suasana sudah sangat kacau. Tapi mereka masih tetap bersikukuh untuk tetap menuntut keadilan.

Anaga Aksa || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang