Hari ini, aku berfikir untuk mati.
Naik ke atas gedung berlantai 5 bukanlah pilihan terbaik untuk mati, tubuhku akan hancur, belum lagi semua orang akan melihat tubuhku yang hancur itu.
Itu hanya akan menjadi tontonan, dan aku berfikir itu bukanlah pilihan kematian yang baik.
Aku juga tidak ingin semua orang-orang nanti melihat tubuh yang telah terpisah-pisah menjadi ketakutan.
Samar-samar aku mengingat ada seseorang yang mengatakan padaku bahwa aku harus menjadi anak yang baik.
Haduh, dadaku sakit lagi.
Jika difikir-fikir aku juga tidak bisa naik kelantai setinggi itu sendirian.
Aku mulai mencoret pilihan itu diatas kertas dengan pensil tumpul yang aku pegang, mungkin karena sangat tidak suka, coretan itu sekarang memenuhi kertas.
Berdiam diri melihat tulisan kecil, dengan coretan yang menumpuk, aku meremukkan kertas itu, lalu membuangnya ke tempat sampah samping meja, dengan semua itu aku mulai berfikir kembali.
Lalu bagaimana dengan overdosis obat-obatan?
Tidak, itu juga tidak baik.
Mulutku akan berbuih, kejang-kejang untuk beberapa lama sebelum aku bisa tidak sadarkan diri.
Aku ingin kematian yang cepat, agar mereka tidak mengetahui tentang rencana yang aku rancang ini.
Karena jika mereka mengetahuinya, mereka pasti akan mencegahku untuk melakukkan hal itu.
Rencanaku akan hancur lagi.
Aku harus melakukan hal ini diam-diam.
Sangat diam-diam.
Memotong urat nadi, bagaimana dengan itu?
Berfikir untuk waktu yang lama, aku mencoretnya juga dengan tegas.
Melihat pergelangan tanganku sendiri, aku mulai menimbang kembali, urat nadi hijau terlihat di pergelangan tanganku, itu terlihat sangat indah, bisakah aku menggapai keinginanku itu jika aku memotong hal ini?
Tetapi darahku hanya akan mengalir perlahan-lahan.
Sampai semua darah ditubuhku habis, aku akan menunggu sangat lama untuk itu.
Lagipula kematian lambat seperti itu akan sangat menyakitkan.
Tok,tok,tok..
Ceklek!
Pintu terbuka dan menampilkan sesosok yang tidak asing lagi bagiku.
"hallo Rani, bagaimana kabarmu hari ini?"
Aku melihat wanita berpakaian putih, dengan topi biru diatas kepalanya itu dengan skeptis.
Kenapa dia selalu menanyakan pertanyaan yang sama?
Apakah tidak ada pertanyaan yang lain, kenapa harus, bagaimana kabarmu hari ini setiap waktu?
Aku mengernyit, memikirkan bagaimana aku bisa menjawab.
Oh, tentu, seperti biasanya saja.
Menatap kosong padanya, dan tersenyum dengan senyuman terbaik yang kupunya, aku menjawab, "baik. Lihat, aku masih hidup sekarang"
Tentu saja itu hanya sekarang, mereka tidak akan bisa menghancurkan rencanaku lagi dimasa depan.
Orang-orang jahat ini.
Kemudian aku melihat mata wanita berbaju putih dengan kancing baju rapi itu melihatku dengan mata yang berkaca-kaca.
Kenapa dia menangis?
KAMU SEDANG MEMBACA
8760 JAM (Complete)
Short Storyini adalah kisah pendek tentang seorang gadis yang memiliki cita-cita untuk mati. #DONT COPY