Aeri menyumbat telinganya dengan sepasang earphone. Ia menyetel musik dengan volume maksimal hingga terdengar seperti di aula konser. Matanya ia pejamkan perlahan hingga dirinya benar-benar tidak mendengar sesuatupun dari luar telinganya. Hanya ada alunan musik yang boleh masuk ke saluran kokleanya.
Dan terjadi lagi...
Sesuatu yang sangat Aeri benci selama ia hidup sebagai remaja. Sudah berulang kali hal ini terjadi padanya. Seolah-olah langit dan bumi tidak mendengar teriakannya selama ini. Kalau hal ini terus terjadi pada dirinya, lama-kelamaan ini akan membuat kepalanya pecah.
Stress akut? Aeri sudah pernah mengalaminya.
Sekali? Dua kali?
Oh, tidak! Bahkan berkali-kali.
Namun, di sepanjang perjalanan hidupnya inilah yang membuatnya sadar bahwa hidup ini diatur oleh dirinya sendiri, dikendalikan oleh hati dan pikirannya sendiri.
Aeri harus keluar dari penjara ini. Ia harus berjalan, melompat, bahkan berlari, atau pula melawan jika memang itu jalan keluar dari rantai besi yang mengikat kebebasannya ini.
"Tujuan hidupku hanya keluar dari sistem kehidupan yang abu-abu," batinnya seraya meremas rambutnya yang kusut.
.
.
.
friday, may 6th 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
escape
Teen Fiction"Tujuan hidupku hanya keluar dari sistem kehidupan yang abu-abu."-Uchinaga Aeri ©kyurefvle, 2022