04. Asa Dan Mereka Yang Selamat
Setelah sehari berkendara, Will dan Kyle tiba di Hamilton. Jarum pada panel bahan bakar sudah berada di 'E', mereka harus mengisi bahan bakar sebelum melanjutkan perjalanan.
"Di sana, ada satu. Sepertinya masih berfungsi," kaya Will menunjuk satu stasiun pengisian bahan bakar.
Kyle memberhentikan mobilnya. Will turun lalu mengisi tangki mobil mereka yang mulai kosong.
"Kota ini...seperti mati," kata Kyle memulai pembicaraan.
"Ya, aku tahu. Entah berapa banyak yang masih hidup atau mungkin hanya beberapa yang di antara kita yang selamat," balas Will sambil terus mengisi bahan bakar mereka.
"Aku akan melihat ke dalam mini market itu!" Kyle menunjuk toko serba ada di belakang pompa bensin itu lalu berjalan menujunya.
Selesai mengisi bahan bakar, Kyle juga keluar dari membawa beberapa makanan. Keduanya terdiam memandangi kota yang tak ubahnya gurun gersang tanpa kehidupan.
"Ayo, kita periksa kota ini sebentar!" Ajak Will.
Mobil hitam itu berjalan pelan menyisir kota mati itu. Sepi, begitu sunyi sampai suara desir angin bisa terdengar memekakkan siapapun yang mendengarnya. Sedikit memuakkan juga bersamaan muncul dengan mayat-mayat yang tergeletak di jalanan hitam yang bercampur merah darah yang mulai menghitam dan bau.
"Ada asap!"
Will melirik pandangannya pada sebuah gedung kecil yang ditunjuk Kyle. Memang ada kepulan asap yang menghitam membumbung ke langit. Agaknya ada orang yang selamat. Mungkin juga mereka butuh bantuan, begitu pikir Will.
Seperjurus kemudian mobil hitam itu berhenti di depan sebuah gang di sebelah gedung kecil itu. Ada sebuah drum yang apinya masih menyala dari sisa kayu dan sampah di dalamnya.
"Ayo, mungkin ada orang di sana!" Titah Will.
Keduanya berjalan lurus menuju perapian di depan mereka. Gelap malam ini sedikit lebih terang karena cahaya jingga kemerahan di ujung sana. Namun juga terasa mencekam begitu disadari tak ada siapapun di dekat api itu.
Seketika kemudian Kyle menodongkan pistolnya pada seorang yang juga melakukan hal yang sama. Keduanya menatap satu sama lainnya. Sedang Will keheranan bagaimana bisa dia tidak melihat orang berpakaian serba tertutup itu. Sesaat Will kembali dari lamunannya kemudian mulai mengambil langkah sebelum ada kepala yang berlubang.
"Tunggu-tunggu-tunggu. Jangan tembak! Lihat, kami juga manusia dan tidak ingin ada masalah," ujar Will sambil mengangkat kedua tangannya. "Bagaimana jika kalian berdua menurunkan benda berbahaya itu?" Sambungnya meminta.
"Kau lebih dulu!" Suara berat itu keluar dari mulut pria yang wajahnya hampir tidak kelihatan itu.
Pun demikian, Kyle tetap menodongkan pistolnya ke arah si pria. Matanya tetap waspada meski kelihatan sayu karena kurang istirahat.
"Oke, oke... bersama-sama. Turunkan senjata kalian pelan-pelan, bagaimana? Ayo turunkan, jangan membuang-buang peluru!" Pinta Will sambil perlahan melangkah ke tengah mereka.
Pelan-pelan Will menyentuh pistol mereka lalu menurunkannya. Kedua orang itu tidak bereaksi namun tetap mengikuti tangan Will yang membimbing genggaman keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chaos; Genesis
Science FictionDunia, tiba-tiba saja dunia berubah menjadi kacau, penuh darah, penuh derita lebih dari sebelumnya. Mayat-mayat kembali bergerak, hidup? Entahlah. Digerakkan oleh satu-satunya insting terkuat, rasa lapar. Kyle Jhonson, satu dari sekian banyak yang...