48. Surah Ar-Rahman atau Al-Mulk?

124 6 0
                                    

"Gue harap, lo bisa nerima perjodohan ini. Gue yakin, lo pasti gak bakalan kecewa sama perjodohan ini.

"Kalau lo ngerasa kecewa dengan perjodohan ini. Cerita sama gue, apa yang ngebuat lo kecewa dari perjodohan ini. Mungkin gue bisa ngasih sesuatu  yang bakalan buat lo mikir lagi."

Kalau gue nerima perjodohan ini, lalu bagaimana dengan dia yang selama ini gue tunggu kehadirannya? Gue kangen dia?

Apa dia bukan jodoh gue? Kenapa gue harus berjodoh dengan Revan? Gue maunya dia, bukan Revan? Tapi, kalau udah kayak gini, gue pasti gak bakalan bisa apa-apa, batin Nara.

Perkataan Satria tadi malam membuatnya berfikir. Ia menjadi teringat dengan pertanyaan yang ia lontarkan pada Satria tadi malam. Kata Satria, ada salah satu pertanyaan yang benar karena perjodohan ini. Tetapi ia tidak diberi tahu, yang mana.

Lamunannya kini buyar, karena teman-teman datang mengejutkannya.

"Serius ini Nara?" tanya Nata tak percaya. Digapai nya wajah Nara dan memiringkan serta menunduk dan mendongakkan kepala nya.

"Wah gila. Kesambet apaan lo, Ra? Kemaren, lo masih kuncir ekor kuda, tapi sekarang pakai hijab. Aduh, aduh, Masya Allah, banget," puji Rena. Ia juga tak menyangka bahwa Nara akan mengenakan pakaian seperti ini.

"Udah jadi ukhti, ukhti ni, ye," celetuk Maudrei.

"Jadi, selama ini, Nara, akhi, akhi gitu?" protes Sasa.

"Bukan gitu maksud gue. Gue cuma bercanda doang," ucap Maudrei cengengesan.

"Kan gue juga kaget gitu, masuk kelas tiba-tiba, Nara udah berpakaian kayak gini."

"Hm, sama gue juga kaget. Gue mau nanya sama lo, Ra." Nata mendudukkan dirinya di samping Nara. "Kenapa dengan tiba-tiba nya lo pakai hijab kayak gini?"

Nara menyangga dagunya dengan kedua tangannya. "Ya, nggak pa-pa sih. Gue pengen berubah mulai dari sekarang.

"Gue pengen ngerubah cara berpakaian gue yang dianjurkan dalam agama, bukan yang lagi trend-trendnya." Nara tersenyum menatap teman-temannya yang melingkari mejanya.

"Lagian, sekarang gue udah risih pakai pakaian yang pendek gitu," ungkap Nara.

"Sebenarnya gue udah lama pengen pakai pakaian kayak gini. Tapi, ya itu, gue juga bingung sama masalah yang sebenarnya. Gue masih pengen pakai pakaian yang pendek, tapi, sekarang gue udah mulai risih."

"Bagus deh kalau lo udah berubah kayak gini. Biar iman lo makin kuat. Karena, biar lo nggak teracuni lagi sama nih tiga orang,"  celetuk Nata.

"Apa nih bawa bawa kami?" ucap Maudrei ngegas.

"Ta, kalau lo punya masalah hidup atau punya dendam sama ni dua orang. Bisa nggak, gue jangan ikutan dibawa juga?" protes Rena.

"Oh nggak bisa dong. Karena-" Ucapan Sasa pun terpotong oleh Nata.

"Kalau masuk itu pakai salam bisa nggak!?" omel Nata dengan berkacak pinggang.

Rey yang tadinya sebagai pelaku memukul pintu pun menatap Nata tak senang.

"Assalamu'alaikum," ucap Rey tak santai dengan masuk begitu saja. Disusul dengan teman-temannya yang masih juga menggendong tas sekolah.

Revan mengalihkan pandangannya dari Rey dan Nata. Menatap cewek yang duduk disana yang menatap dirinya dengan tersenyum malu pun membuat jantung Revan berdegup kencang.

Ih, sumpah itu Nara? Cakep banget gila. Jantung gue kenapa lagi ini, etdah. Aa ... pengen meluk gue jadinya, pekik Revan dalam hati.

Istighfar, Rev, istighfar. Belum halal, jangan sampai syahwat nguasain tubuh lo. Astaghfirullahalazim.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVANDRA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang