Kakak Tingkat ✨

1K 92 28
                                    

— Joss POV.

.
.

Pukul lima pagi. Aku bisa mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Tidak hanya itu, suara bibi pun dapat terdengar dengan baik.

“Den... Aden Joss... Bangun. Sudah jam lima. Katanya tadi bibi diminta tolong buat bangunin... Den... Kuliah...”

Seperti biasa, Bibi Da'i memang selalu dapat diandalkan jika menyangkut keperluan sehari-hari. Tidak mau membuatnya menunggu terlalu lama, aku segera beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu kamar untuk membukanya.

“Sudah bangun. Terimakasih, Bi.”

“Oh, syukurlah. Aden mau sarapan apa? Biar nanti bibi bilang ke Mas Sarip untuk buatkan sarapan atau bekal sekalian,” tawarnya.

Aku tersenyum mendengar tawaran Bibi. Toast aja, Bi. Pakai alpukat ya. Buat sarapan, gak usah bawa bekel. Nanti bisa beli di kampus.”

Setelah mendengar permintaanku, Bibi Da'i segera izin untuk kembali ke dapur untuk memberitahu mengenai menu sarapanku pada Kepala Chef pribadi di rumahku, Mas Sarip.

Pasti papa dan mama tidak pulang lagi. Buktinya bibi meminta menu padaku. Hal tersebut akan berbeda ketika mereka pulang, semua menu akan terlihat di atas meja. Tanpa bertanya aku ingin makan apa.

Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima pagi lebih sepuluh menit. Baiknya aku segera pergi mandi agar tidak terlambat nantinya.

Kucuran air hangat membasahi seluruh tubuh sehingga membuat aku sedikit relaks. Hari ini pasti akan menjadi hari yang melelahkan karena aku akan menjadi panitia ospek untuk kedua kalinya.

Ospek.

Mendengar namanya saja sudah membuatku bersemangat. Aku akan segera melihat para mahasiswa baru yang berpenampilan konyol dengan segala macam tugas aneh dan rumit yang telah diberikan oleh panitia. Kebetulan salah satu idenya datang dariku. Haha.

Aku sangat menantikannya.

Selesai dengan agenda mandi, aku segera bersiap-siap memakai pakaian yang rapih dan tidak lupa dengan blazer yang aku gantungkan pada lengan. Aku tidak akan membiarkan blazer berharga ini menjadi kotor karena terkena makanan ataupun saus ketika sarapan nanti.

“Silakan, Den. Mas Sarip tadi nambahin alpukat buat Aden karena kebetulan sekarang lagi musim buah kesukaan Aden Joss.”

Oh, Wow. Ternyata tidak hanya ospek yang membuatku bahagia hari ini, ya? Aku patut bersyukur pada Tuhan untuk pagi yang indah ini.

“Makasih banyak, Bi. Tolong sampaikan makasih juga ke Mas Sarip ya! Chef terbaik! Joss pasti makan sampai habis,” kataku memuji para pekerja di rumah dengan mengacungkan kedua jempol pada mereka.

Bibi Da'i tersenyum manis seperti biasanya. Ah... Bagiku, beliau sudah seperti pengganti Mama di rumah ini ketika Mamaku sedang sibuk dengan pekerjaan.

“Aden, Bapak ada pesan sama saya katanya nanti Den Joss harus pakai mobil yang hitam untuk ke kampus. Bapak nanti bakal marah kalo Den Joss gak mau nurutin. Hmm... Kata Bapak, hari ini Bapak ada sambutan di kampus Aden. Jadi harus terlihat rapih.”

Aku tahu Bibi Da'i mengatakannya dengan setengah hati. Beliau takut dengan papa, namun juga merasa kasihan padaku.

Benar, sejak kecil hidupku sudah sepenuhnya diatur oleh kedua orang tuaku. Terlebih oleh papa yang mempunyai peraturan super ketat di rumah. Berbeda dengan mama yang sedikit santai.

TitanCubs [ JOSSBRIGHT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang