Arum Ningtias

0 0 0
                                    

     Namaku Arum, Arum Ningtias Benedict. Diusia yang ke 27 tahun ini aku telah resmi menjadi seorang istri. Ya, aku sudah menikah dengan seorang pengusaha muda asal Indonesia berdarah campuran Amerika. Pemuda tampan dengan sejuta pesona yang mampu memikat gadis manapun yang melihatnya. Namanya adalah Dimas jordan Benedict. Kami menikah enam bulan lalu, dengan pesta yang lumayan meriah dan mewah. Tentu saja pestanya akan sangat meriah, dimas adalah pewaris tunggal keluarga Benedict yang kekayaannya sudah tidak usah di ragukan lagi.

     Pernikahan yang ku jalani berbeda dengan pernikahan lain pada umumnya. Kami menikah karna sebuah perjodohan. Tak ada cinta seperti apa yang orang lain lihat. Itulah sebabnya sampai saat ini kami masih tidur secara terpisah di kamar masing-masing.

     Rumah mewah dengan tiga lantai dan fasilitas serba modern ini tak bisa menutupi kecanggungan dua manusia berbeda gender ini. Sudah enam bulan lamanya mereka tetap berlaga seperti orang yang tidak saling mengenal. Mereka akan terlihat akrab hanya jika ada tamu yang berkunjung.

     "Nyonya sarapan sudah siap" seorang pelayan datang memanggil arum yang sedang berdandan. "Ah terimakasih, aku akan segera turun".

     Saat hendak menuruni tangga arum berpapasan dengan dimas yang juga hendak turun untuk sarapan. Mereka saling tatap sampai tiba-tiba dimas mengajak arum untuk segera turun. "Segeralah ke meja makan, ada yang ingin ku bicarakan denganmu." Dimas segera menuruni tangga meninggalkan arum yang masih terdiam.

    "Aku ingin kau berhenti bekerja. Ayah dan ibuku menginginkan seorang cucu. Mereka menyuruhku untuk melarang kau bekerja agar kau tak kelelahan dan segera mengandung". Perkataan dimas membuat arum kaget, pasalnya dimas tak pernah menyentuh arum bahkan sekalipun. Lalu kenapa dia seakan mengiyakan keinginan orang tuanya tentang masalah cucu ini?. "Maafkan aku tapi apa maksudmu dengan cucu? Apa kau berniat memiliki anak dengan ku?" Arum bertanya dengan tenang walaupun sebenarnya dia sangat gugup. "Haha kau tak usah bercanda, aku tak sudi menyentuhmu. Ini hanya cara agar orang tua itu diam. Sesuai awal perjanjian saat kita menikah dulu, kita jalani pernikahan harmonis ini hanya didepan orang tuaku. Nanti saat pernikahan sudah beberapa tahun orang tuaku pasti akan menganggap kau mandul dan mereka akan membiarkan aku menikah lagi. Kau pasti mengerti apa maksudku" seakan tanpa beban dimas terkekeh disela ucapannya. "Ya kau akan menceraikan ku dan akan menikah dengan kekasihmu liana".
   
     Percakapan ku dengan dimas pagi tadi masih terngiang di kepalaku. Yah memang sedari awal dimas memintaku untuk hanya menjalankan pernikahan yang harmonis ketika berada di depan orang tuanya. Jadi aku tak heran kenapa dia menuruti keinginan ayah dan ibunya perihal cucu padahal dia tak pernah meminta haknya padaku. Aku cukup bersyukur dengan itu, jadi nanti ketika aku bercerai dengannya aku bisa memberikan hartaku yang paling berharga untuk suami masa depanku.

    Tapi untuk menuruti perintah dimas agar aku berhenti bekerja sepertinya aku tak bisa, karna jika aku berhenti bekerja siapa yang akan mencukupi kebutuhanku? Aku tahu dimas kaya dan aku tinggal minta uang padanya. Tapi aku malu, kami hanyalah orang asing yang menikah karna rasa kasihan tuan dan nyonya benedict padaku putri semata wayang dari sahabat mereka. Ya pasca kecelakaan mobil 8 tahun silam yang menewaskan kedua orang tuaku, yang mengurusku adalah tuan dan nyonya benedict, mereka membiayai hidupku dan juga kuliahku sampai aku lulus dan bekerja. Jadi saat mereka memintaku untuk menikah dengan putra mereka aku hanya bisa menerimanya, aku tak kuasa menolak mengingat kebaikan mereka padaku selama ini.

    Hari ini aku tetap bekerja seperti biasa. Menjadi seorang manajer hotel kenamaan di daerah jakarta pusat. Hotel mewah dengan lantai lebih dari lima puluh itu cukup terkenal di daerah ini. Aku bahkan sangat ingin menginap disalah satu kamar VVIP di hotel ini.

    " Selamat pagi bu Arum" sapa beberapa karyawan yang juga sedang melakukan pekerjaannya. "Selamat pagi juga semuanya" aku berjalan menuju ruangan ku. Hari ini aku memiliki beberapa berkas yang harus ku kerjakan.

NYONYA BENEDICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang