divorce?

0 0 0
                                    

     Pagi ini arum seperti biasa, melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Menyapu, mengepel, memasak, mencuci baju, dan masih banyak pekerjaan lainnya yang memang belum semuanya terselesaikan. Arum masih memasak menyiapkan makanan untuk sarapan. Ia memasak rendang hari ini, entah kenapa dia sangat ingin memakan rendang pagi ini.

    Dari arah tangga liana turun dengan penampilan yang masih berantakan menandakan bahwa wanita itu baru bangun dari tidurnya. "Kau sedang apa arum? Jika tak sibuk bisakah kau membuatkan aku susu hangat? Tolong" Dengan tak tahu malunya liana duduk di meja pantry dan menyuruh arum membuatkannya susu dengan dalih minta tolong. "Aku belum selesai memasak, kau punya tangan jadi buatlah sendiri. Aku bukan pembantu mu." Arum melanjutkan kegiatannya. Tak lama setelah arum mengucapkan kata-katanya dimas turun dan menghampiri mereka, tepatnya menghampiri liana. "Morning sayang, apakah kau belum mandi?" Dimas mengecup kening liana, oh seperti pasangan suami istri saja, padahal kan disini yang istrinya adalah arum. Arum mendelik jengah melihat kelakuan mereka. "Sayang tadi aku meminta tolong pada istrimu untuk membuatkan susu hangat tapi dia tak mau dan menyuruhku membuatnya sendiri. Kau kan tahu aku tak boleh terlalu banyak beraktifitas, dokter melarang ku melakukan banyak pekerjaan karna kandunganku yang masih lemah." Bak seorang anak kecil liana mengadu pada dimas. Dimas menatap arum yang nampak pura-pura tak mendengar apa yang liana keluhkan barusan. "Arum, bisakah kau membuatkan liana susu hangat? Kau tahu dia.." belum selesai dimas berucap arum sudah menyela terlebih dahulu. "dia punya tangan dan kaki, membuat susu tak seperti kau membersihkan satu rumah ini. Dokter menyuruhnya untuk banyak istirahat dan tidak bekerja berat, bukan berarti dia tak bisa sekedar membuat susu hangatnya sendiri. Lagipula aku bukan pembantu disini." Arum memindahkan rendang dan beberapa makanan lainnya ke piring saji, lalu dengan santai menuju meja makan untuk sarapan tanpa mengajak dua manusia di depannya.

     Dimas mengalah dengan dia yang membuatkan susu hangat untuk liana pada akhirnya. Setelah itu dia bergabung dengan arum dan juga liana di meja makan. Liana nampak memperhatikan Arum yang tengah makan dengan tatapan yang sulit dimas artikan. "Arum pantas saja badanmu gendut, kau memakan makanan berat untuk sarapan." Liana terkekeh setelah mengomentari bentuk tubuh arum, dimas seakan tersadar dengan perkataan liana barusan, benar tubuh arum lebih berisi beberapa bulan belakangan ini. "Sudahlah sayang tak usah memancing keributan, jika kau mau kau juga boleh memakan makanan berat di pagi hari, lagi pula calon anak kita membutuhkan nutrisi." Dimas melanjutkan sarapannya. Arum yang sudah kenyang menyimpan piring makannya di wastafel lalu mencucinya. Sebelum menaiki tangga, arum berhenti saat dimas memanggilnya. "Arum bisakah siang nanti kau pergi ke super market? Belikan buah-buahan segar dan juga susu hamil yang bagus untuk liana." Arum hanya menjawabnya dengan anggukan lalu segera beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.

     Sampai di kamarnya arum menangis di belakang pintu. Rasanya dia juga ingin diperhatikan oleh dimas seperti dimas memperhatikan liana. Tapi apalah daya keinginan tetap hanya sebuah keinginan. "Sayang, ibu mohon kamu harus kuat yah. Nanti juga ayah pasti sayang sama kamu. Ibu belum berani bilang kalo kamu ada sama ayah, ibu takut ayah gak terima semua ini nantinya." Arum mengelus perutnya yang sedikit membuncit itu.

     Arum bersiap dengan dress longgar selutut berlengan pendek dengan warna maroon berenda hitam di atas dan bawahnya. Sengaja arum memakai pakaian yang longgar agar bentuk perutnya tak terlalu terlihat. Arum ingin pergi ke supermarket untuk belanja bulanan sekaligus membeli pesanan tuan dimas untuk kekasihnya itu.

    Saat hendak menuruni tangga, arum terhenti kala mendengar percakapan antara dimas dan liana.

Dimas pov

     Setelah Arum beranjak pergi aku masih melanjutkan sarapanku. Entah kenapa rasanya rendang yang arum buat ini sangat menggugah seleraku. Sudah 2 kali aku tambah nasi di piringku. Aku yang terbilang biasa sarapan dengan makanan berat berbeda dengan liana kekasihku yang hanya makan roti dengan selai, entah dia kenyang atau tidak dia tak mau makan makanan berat saat sarapan karna takut gendut katanya.

NYONYA BENEDICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang