Apakah kalian percaya dengan adanya dunia lain? Atau portal menuju dunia lain? Mungkin ada yang sebagian percaya dan ada yang tidak. Bahkan ada yang berpikir itu hanyalah mitos dalam dongeng atau film fantasi. Tapi bagaimana jika itu nyata?
Entahlah, aku berpikir sepertinya itu nyata. Terkadang kakakku selalu mengatai aku aneh karena percaya dengan hal-hal seperti itu. Kadang-kadang aku sedikit kesal dengan kakakku yang merasa seolah dia lebih pintar. Dasar mahasiswa.
"Hei, kau sedang apa?" Suara seseorang tiba-tiba mengagetkanku.
Hei, bisakah dia jangan mengagetkanku seperti itu? Membuatku kesal saja. Kakakku ini kadang-kadang juga minta di hajar. Sekarang dia melirik laptop milikku sedetik kemudian dia tertawa.
"Kau masih suka menonton film seperti itu? Dasar bocah. Hei, kau itu sudah kelas tiga SMA berhentilah menonton kartun seperti itu." Dia mulai lagi meledekku, selalu saja.
"Memangnya kenapa? Ini keren. Dari pada kau hanya menonton film bodoh yang tidak jelas itu." Aku balik meledeknya.
"Haduhh dasar bocah, kau tidak mengerti. Film seperti itu justru banyak mengandung pelajaran," ucap kakakku sok bijak.
"Pelajaran bercinta maksudmu," cibirku.
"Pelajaran apa yang bisa di ambil dari seseorang yang rela mati karena cinta? Apalagi orang yang di cintai tidak mencintainya, itu hal yang bodoh."
Cinta? Omong kosong.
"Yaa terkadang jika kita mencintai seseorang kita pasti akan rela berkorban. Kau pasti akan melakukan hal yang sama ketika cinta kepada seseorang."
Aku terdiam menatapnya, sebenarnya apa yang berada di otak kakakku ini. Hampir setiap bulan dia terus berganti pacar seperti ganti baju. Dan dia berbicara seolah dia selalu berjuang dalam cinta. Jangankan berjuang, untuk setia saja dia tidak bisa.
"Sudahlah, ayo keluar. Kita makan malam, aku sudah memasak sup kesukaanmu." Nah, ini yang aku sukai dari kakakku, perhatian.
"Baiklah."
***
Sekarang sudah pagi tapi aku masih mengantuk. Aku terlalu malas untuk bangun tapi aku juga harus sekolah. Jadi terpaksa aku harus segera bergegas. Setelah mandi dan berpakaian aku menatap pantulan diriku di cermin. Badanku terlihat semakin tinggi tapi itu malah membuatku seperti lidi. Aku juga sepertinya harus kurangi bergadang sambil main game karena hal itu menyebabkan mataku terlihat seperti panda. Untung saja kulit dan wajahku mendukung. Kulitku cukup putih walau tak seputih kakakku. Rambut coklat caramel serta mata yang berwarna hazel membuat diriku mirip seperti ibu. Hahh, aku rindu ibu.
"Freya! Freya cepatlah kita akan terlambat!" Teriak kakakku melengking membuatku sedikit kaget. Sepertinya dia memang hobi untuk membuat orang jantungan.
"Freya, cepatlah! Hari ini deadline tugasku dan aku tidak boleh sampai terlambat." Kini dia menggerutu di depan pintu kamarku sambil menghentakkan kakinya.
Aku menatapnya dari atas sampai bawah. Rambut pirangnya yang tertata rapi, wajah yang penuh dengan riasan serta baju yang entah aku tidak tau bentuknya bagaimana. Bisa-bisanya dia selesai begitu cepat dengan riasan dan bajunya yang heboh seperti itu. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah fashion tapi bagiku itu merepotkan.
"Hei, apalagi yang kau lihat? Cepatlah!" Aku kembali tersadar.
Oke, baiklah baiklah ayo berangkat. Dasar tidak sabar.
Baiklah, setelah beberapa menit aku sampai di depan sekolahku sementara kakakku yang tercinta langsung pergi melajukan mobilnya. Dengan cuek aku kembali berjalan sambil memakai earphone di kedua telingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost: sacrifice
RandomApakah kalian percaya dengan adanya dunia lain? Atau portal menuju dunia lain? Mungkin ada yang sebagian percaya dan ada yang tidak. Bahkan ada yang berpikir itu hanyalah mitos dalam dongeng atau film fantasi. Tapi bagaimana jika itu nyata?