you're all, and that's enough

472 6 1
                                    


sejak dulu, nata tahu dirinya adalah tipe orang yang akan sulit untuk jatuh cinta. dia tidak pernah tertarik pada wanita, tidak juga pada pria yang kadang menyatakan dengan gamblang soal rasa suka mereka untuk dirinya.

malas.

sebenarnya itu adalah alasan utamanya enggan jatuh cinta. dan lagi, untuk apa? orang-orang datang kepadanya hanya disaat mereka butuh uang, selebihnya tidak ada. dia pernah mengira bahwa dia sudah menetapkan kemana hatinya berpijak untuk masa depan, hanya untuk dipatahkan ketika yang dia inginkan justru pergi bersama orang lain yang katanya lebih baik dari nata.

"kamu itu terlalu kaku, nata. pacaran sama kamu gak ada serunya sama sekali."

nata mendengus kalau ingat-ingat kalimat itu lagi.

yah, dia juga tidak akan mengelak. nata sadar betul bahwa dirinya memang terlampau kaku. pemalu, lebih tepatnya. dia susah untuk membuka diri dan malah berakhir bersikap canggung saat berinteraksi.

tapi mungkin memang tuhan itu maha baik. walaupun sudah hampir 5 tahun berlalu sejak patah hati pertamanya dan nata mulai menyerah soal cinta, tuhan justru kirimkan ariksa untuk dirinya.

perkenalan pertama mereka tidak begitu spesial, hanya saling kenal karena kebetulan berada di kelas dan jurusan yang sama. semuanya dimulai hanya dari tugas kelompok biasa, dimana dia dan ariksa ditempatkan bersama.

nata tidak begitu ingat detail persisnya, yang dia tahu cuma satu; ariksa itu terlampau baik. sikapnya manis, seirama dengan senyumnya yang mampu buat nata berhenti merasa kaku. dan lagi, dia berbeda dari yang lain; tidak pernah meminta apa-apa, malah justru terlalu sering memberi—entah itu materi atau afeksi. dan sebelum nata mengerti, dia sudah jatuh terlalu jauh untuk ariksa.

bukan salahnya, ariksa terlampau hebat buat dirinya merasa nyaman. dan nata tidak perlu berpikir panjang untuk terima pengakuan ariksa untuk dirinya satu tahun setelah seringkali habiskan waktu bersama.

dan sekarang, disinilah mereka.

nata mendongak waktu pintu kamarnya diketuk dan seseorang masuk.

dari celah pintu ariksa tersenyum manis padanya sambil mengangkat sebelah tangan yang menggenggam satu kantong plastik penuh berisi soda dan beberapa makanan ringan.

"aku gak kelamaan, kan?" dia bertanya sembari berjalan menghampiri.

nata menggeleng, tanpa sadar memperhatikan rambut kecokelatan ariksa yang sedikit berantakan tertiup angin.

"sini." ia menepuk lantai ruang kosong di hadapannya, dan ariksa dengan patuh duduk setelah taruh kantong yang tadi ia bawa di meja belajar.

"apa?" ia bertanya, sedikit memajukan wajah untuk dapat pemandangan yang lebih baik waktu pandangi nata.

yang dipandangi cuma sedikit tertawa kecil sebelum jari-jari tangannya yang panjang mendekat ke kepala ariksa buat perbaiki rambutnya yang sedikit acak-acakan.

"kamu tuh kebiasaan, riksa. tiap keluar rumah balik-baliknya rambutmu pasti kayak sarang burung." nata sedikit mengomel, agak sebal tiap ingat ariksa yang malas pakai gel rambut tiap harinya.

"hehe, kan ada kamu yang buat benerin kalo berantakan."

"besok-besok gak lagi aku peduli."

"eh, jangan gitu dong," tangan nata yang beringsut menjauh ditarik ke dalam genggaman dan ia dapat rasakan hangat. "nih,"

nata menoleh, tatap eksistensi satu kaleng cola yang disodorkan ariksa ke arahnya.

"aku beli yang dingin kok itu. tenang."

you're all, and that's enoughWhere stories live. Discover now