Chapter 2

167 14 3
                                    

Ketika sudah sampai di kantor, kita benar-benar berubah menjadi profesional, aku disini sebagai sekretarisnya, dan dia juga sebagai atasan ku, saat aku masuk kedalam, beberapa karyawan menyapa ku, oh iya.. nama ku Adira Clarabel aku anak tunggal, orang tua ku tinggal di Yogyakarta, aku merantau ke Jakarta dan mulai tinggal sendiri disini sejak usia 18 tahun yakni setelah lulus sekolah menengah atas dan melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Jakarta.

Setelah lulus aku mulai melamar pekerjaan di berbagai perusahaan, dan perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan pertama yang aku inginkan, cita-cita ku saat itu hanya ingin bekerja di perusahaan ini dan akhirnya sekarang sudah terkabul, bahkan posisi ku disini cukup besar karna aku menjabat sebagai sekretaris dari CEO Indonesian tower Corporation Yang bernama Gavin Putra Hadyan. Pemimpin yang tegas dan juga penerus atau ahli waris dari keluarga Hadyan.

Gavin merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adiknya yg bernama Raisya putri Hadyan sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Amerika serikat. Sedangkan orang tuanya berada di Malang. Gavin tinggal sendiri di Jakarta, makanya dia sering menginap di apartemen ku, bahkan apartemen ku sudah seperti menjadi rumah kedua setelah rumahnya sendiri.

....

Sepertinya doa ku di pagi hari tadi dikabulkan, karena hari ini aku benar-benar bisa fokus dengan pekerjaan ku tanpa ada ganggu apapun itu termasuk atasan ku sendiri, sebenarnya jika dia sedang kesal terhadap ku, itu bisa menjadi keberuntungan ku seperti ini, bekerja dari pagi sampai sore, bahkan untuk makan siang pun tidak ada kendala apapun, tetapi juga kadang lebih banyak buntungnya, seperti yang kalian tahu, Gavin mendiamiku dari pagi sampai sekarang pukul 07.00 malam, sekali lagi malam.

Sudah ku katakan bukan, jika Gavin tadi pagi ada pertemuan dengan klien, lalu lanjut makan siang dengan kliennya di salah satu restoran yang sudah di reservasi oleh kliennya sendiri dan aku tidak ikut, dia tidak mengizinkan ku untuk ikut menemaninya sebagai sekretaris, ketika aku sudah siap membawa berkas yang akan dibawanya, aku berbalik dan menemukan Gavin yang sedang berdiri tak jauh dari pintunya, dia menatapku datar serta dengan sorot mata yang tajam dan mengucapkan

"Tidak perlu menemaniku"

Lihat! Hanya tiga kata yang dia ucapkan tetapi sudah membuat ku ingin mengeluarkan kata-kata kasar.

"Baik pak" kataku mengangguk patuh. Setelah itu dia meminta berkasnya dan pergi meninggalkan ku.

....

Sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk melihat Gavin diruangannya. Aku mengetuk pintu tetapi tidak ada sahutan dari dalam, aku pikir dia sudah pulang karena tidak ada sahutan dari dalam, tetapi jika dia sudah pulang, seharusnya aku tahu, karena dia jelas melewati meja ku, akhirnya aku putuskan untuk membuka pintu, seketika aku disuguhkan dengan seseorang yang sedang duduk di kursi kebesarannya lalu matanya yang fokus melihat layar komputernya tanpa mengindahkan aku yang masih berdiri di ambang pintu, sedangkan jarinya menari indah di atas keyboardnya.

Aku berdehem sekali, dia hanya melirik ku dan lanjut mengerjakan pekerjaannya sambil membolak balikan kertas didepannya, tanpa berpikir panjang, aku langsung menghampirinya dan duduk menyamping di atas pangkuannya. Dia tidak menolak sama sekali, sepertinya dia tidak menganggap ku ada, biasanya jika aku duduk di atas pangkuannya, maka secara langsung kedua tangannya akan melingkar di pinggangku.

Cukup lama ku duduk di pangkuannya dan selama itu juga dia tidak mengindahkan ku sama sekali, aku bahkan sudah mengalungkan tangan ku ke lehernya dan berusaha menggodanya dengan mengecup pipinya, rahangnya, hidungnya, bahkan lehernya, ku letakkan kepalaku di perpotongan lehernya.

Dia benar-benar mendiamkan ku gara-gara hal sepele, karna aku sudah kepalang kesal, akhirnya aku berdiri dari pangkuannya dan berkata.

"Ck! Aku pulang!"

Dia masih diam saja dan tidak mencegah ku sama sekali, sekali lagi, tidak mencegah ku sama sekali!! Aku menoleh kebelakang dengan kesal dan melihatnya tidak bergeming sama sekali, akhirnya aku menghentakkan kakiku sambil berjalan menuju pintu dan langsung pulang, terserah dia akan makin kesal atau apapun itu aku tidak perduli, dia saja tidak perduli dengan ku, kenapa juga aku harus memperdulikannya.

....

Kalau ada yg typo, tolong kabari ya... Terimakasih...

DUNIA SEKRETARIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang