𝅙𝅙𝅙
𝅙𝅙𝅙
[ diusahakan meninggalkan jejak bintang sebelum membaca...thank you sooo much for ur support ! ]
𝅙𝅙𝅙
𝅙𝅙𝅙
"Dekorasi?"
"Siap!"
"Masalah konsumsi di area jajanan?"
"Udah tertangani, Dit."
"Udah coba dicek lagi keamanan tempatnya?"
Seseorang mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi kepada Adit yang sedang mencoba mengecek seluruh persiapan pameran semester ini.
Adit mendongakkan kepalanya, melirik kearah orang itu dan tersenyum kecil. "Baik, terimakasih semuanya karena sudah mau ikut bekerja sama dalam persiapan pameran semester kali ini," seru Adit sembari mengedarkan pandangannya kepada rekan rekannya yang sedang beristirahat di dalam ruang pameran.
"Berarti besok cuma pengecekan ulang dan penataan barang, kan, kak?" tanya seorang perempuan yang duduk dibarisan paling belakang.
Adit menoleh kemudian mengacungkan jempolnya kearah perempuan itu yang ternyata membuat sang perempuan heboh menepuk bahu orang yang ada disebelahnya. Lina yang melihat itu hanya bisa melirik.
"Gila! Dia noleh ke gue!" pekik pelan perempuan sebelumnya yang membuat Lina menghelakan napasnya. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke belakang agar ia bisa merebahkan tubuhnya di atas lantai. Kemudian menutup mata dengan menggunakan lengannya sebagai penghalang cahaya.
Adit yang sedari tadi memperhatikannya, hanya bisa tersenyum kecil lalu kembali fokus pada denah peletakan barang-barang pameran.
***
"Gue duluan, Dit," seru seorang pemuda pada Adit yang masih saja fokus pada denah itu. Adit hanya berdehem membalasnya, kemudian berseru. "Hati-hati, Ndre."
Andre terlihat mengacungkan jempolnya disaat dia sudah akan keluar dari ruangan pameran. Pemuda itu meninggalkan Adit bersama Lina yang tertidur. Adit beranggapan, bahwa Lina ketiduran setelah merasa kesal. Ia tahu, Lina kesal dengan perempuan sebelumnya.
Matahari semakin bergerak turun, warna jingganya semakin menua. Sedang Adit dan Lina tetap pada kegiatan awal. Merombak ulang penataan barang dan juga...tertidur.
Adit melirik jam tangan yang ada di pergelangannya. Sudah cukup sore. Ia mengulurkan tangannya dengan niat awal untuk membangunkan Lina. Namun, tangan itu kembali ia tarik karena teringat sesuatu. Hingga akhir Adit hanya bersuara guna membangunkan gadis yang tak jauh darinya. "Lin, bangun. Udah sore, yang lain udah pada pulang."
Suara Adit yang cukup keras itu memaksa masuk kedalam pendengaran Lina dan membuat kedua mata gadis itu perlahan terbuka. Dia mendudukkan tubuhnya, menatap kosong lantai karpet dihadapannya. "Jam berapa?" tanya Lina dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"Setengah lima. Btw udah sholat?" tanya Adit balik. Setelahnya ia terdiam menyadari apa yang ia ucapkan baru saja. Dia memijat pangkal hidungnya dan berucap lirih, "Ya Allah."
Lina yang menyadari itu diantara setengah kesadaran otaknya, menoleh ke arah Adit dan menggeleng. "Halangan," jawab Lina singkat. Tangannya bergerak mengambil tasnya dan kemudian beranjak dari duduknya. "Gue pulang, ya. Assala—"
"Ga cuci muka dulu?" potong Adit tanpa menoleh ke arah Lina yang memandanginya.
"Nanti di mushola depan." Lina melirik ke arah kertas yang ada digenggaman Adit. "Ga pulang?"
Adit menggeleng pelan, jarinya masih bergerak mencoret spot-spot yang akan dia isi dengan barang-barang sumbangan untuk pameran. "Gue belum selesai."
"Kenapa ga besok aja?" Lina kembali mendudukkan tubuhnya dihadapan Adit. Ia mengurungkan niatnya untuk pulang sekarang. Lagipula ia malas mengikuti acara yang dirayakan di indekosnya sore ini. Hanya acara tataboga dadakan.
Pandangannya masih mengarah ke kertas tadi. Gadis itu meluruskan kakinya yang tak sengaja menyenggol lutut Adit dengan ujung kakinya. "Eh, maaf," ucap Lina spontan, saat Adit menatap kakinya.
"Kalo besok keburu kayaknya. Bekum lagi kita ngecek ulang dan mindahin semua barangnya ke sini, kan?" Adit ikut meluruskan kakinya dan sedikit memijatnya pelan. Tak hanya itu, pemuda tersebut juga mengubah arah ia menghadap. Ia sedikit serong dari posisi awalnya. Lina tersenyum melihatnya.
"Gue temenin, ya?" tawar Lina. Pandangannya sudah bergerak pindah memandangi segala penjuru ruangan pameran yang benar-benar luas saat ini.
"Ga usah. Lo pulang aja," ucap Adit. Lina sedikit menghela napas yang ternyata dapat Adit dengar dari tempat.
Adit melirik Lina yang sedikit menunduk, gadis itu bermain-main dengan ujung jarinya yang digesekkan di atas permukaan lantai karpet. Adit diam sembari bermain pensil yang ada ditangannya. "Yaudah, deh. Temenin gue ga papa."
Lina mendongak dan tersenyum mendengarnya. "Oke!"
𝅙𝅙𝅙
𝅙𝅙𝅙
𝅙𝅙 © jjoglasseu, 26 Juni 2022
𝅙𝅙𝅙
KAMU SEDANG MEMBACA
Aditya Pramana
Teen Fiction𝅙𝅙𝅙 Pergi, pulang, dan datang. Membawa segala perasaan. © jjoglasseu, 2022