"ℬ𝒶𝒹𝒶𝒾 𝓉𝓊𝒶𝓃, 𝓉ℯ𝓁𝒶𝒽 𝒷ℯ𝓇𝓁𝒶𝓁𝓊? 𝒮𝒶𝓁𝒶𝒽𝓀𝒶𝒽 𝒦𝓊 𝓂ℯ𝓃𝓊𝓃𝓉𝓊𝓉 𝓂𝓈𝓇𝒶."Laki-laki itu terdiam diantara loker milik pemain-pemain muda MSBY. Ia duduk pada kursi-kursi yang telah dipersiapkan oleh pemilik dari gym tempat ia baru bermain.
Hiruk pikuk suara mengenai kemenangan diluar sana tidak mengganggu dirinya, ia Hanya sendiri duduk merenung dengan earphone yang menyumbat telinga nya.
Alunan piano dan suara merdu dari seorang penyanyi perempuan, lagu yang asing untuk sebagian orang Jepang dan Indonesia.
Lagu yang membawanya kepada masa lalu yang indah, terlalu indah sampai tidak ingin ia lupakan.
"Omi-san" sapa seorang laki-laki dengan kulit Tan dan rambut berwarna Oren menjadi ciri khas dari laki-laki itu.
Tidak ada balas sapaan yang didengar. Seolah, laki-laki yang dipanggil dengan Omi itu tenggelam pada lagu yang ia dengarkan. Laki-laki berkulit Tan itu pun terdiam, sisi lain dari sakusa kiyoomi baru saja ia lihat.
Hinata shoyo, ikut terdiam, sampai suara dari sakusa mengagetkan.
"Aku mendengarkan musik yang bahkan aku tak tau artinya, ini lagu kesukaan seseorang. Kau tau Hinata, ada satu lirik yang janggal untuk ku"
kata sakusa kiyoomi sambil menatap kosong ke depan." Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu. Ku diliang yang satu, ku disebelahmu"
suara sakusa tergetar menyanyikan sepenggal lirik." Apakah aku dapat bertemu lagi dengannya? Dan bertahan seperti lagu itu"
kata sakusa terdiam.Hinata menatap nanar laki-laki di depannya, ia tak pernah mendengar laki-laki di depannya memiliki tambatan hati, tapi ia tahu bahwa laki-laki ini sedang berada di persimpangan.
"Orang itu? Dimana ia sekarang?"
Tanya Hinata perlahan dan hati-hati." Aku tak tau, ia pergi bagai debu. Hanya menyisakan sebuah kenangan untuk ku. Kenangan yang terlalu indah untuk di kenang"
kata sakusa kini air matanya menetes perlahan.Sudah beribu kali, perasaan menekan ini menghantui kiyoomi ia pura-pura untuk terlihat kuat, berusaha untuk tidak menangis di setiap kali kenangan-kenangan indah itu hinggap di pikirannya.
Tapi selalu saja, setelah selesai berlatih, setelah selesai pertandingan panjang membawa kemenangan atau kekalahan.
Ia duduk termenung mendengar sebuah lagu yang selalu ia dengarkan ketika bersama orang itu, orang yang memberikan kenangan manis hingga terasa pahit.
🌸🌸🌸
"ℬ𝒶𝒹𝒶𝒾 𝓅𝓊𝒶𝓃 𝓉ℯ𝓁𝒶𝒽 𝒷ℯ𝓇𝓁𝒶𝓁𝓊? 𝒮𝒶𝓁𝒶𝒽𝓀𝒶𝒽 𝓀𝓊 𝓂ℯ𝓃𝓊𝓃𝓉𝓊𝓉 𝓂ℯ𝓈𝓇𝒶."
Perempuan itu tengah duduk di kursi kayu, ia dengan cekatan menuliskan berkas-berkas dari berbagai macam data yang baru didapatkannya.
Di sebuah kota kecil di prefektur okinawa, tepatnya di sebuah desa kecil dengan pesona hutan dan lingkungan sosial yang luar biasa beragam, Gadis itu tinggal.
Ah, cukupkan dia dipanggil seorang gadis mengingat ia telah menjadi seorang ibu dari anak berusia 10 tahun.
"Ibu"
panggil anak yang baru saja tiba." Sora, ada apa nak?"
Tanya perempuan itu.Anak itu memeluk kamu, menekan badannya padamu seolah menahan diri untuk tidak menangis.
Kau mengelus kepala anak itu perlahan, kebiasaan ini tak pernah lepas darinya.Kamu menatap Sora, anakmu dan anak laki-laki itu, sejujurnya kamu selalu melihat Sora seperti laki-laki itu terlalu banyak yang mirip dengan laki-laki itu.
Rambut hitam legam berbentuk ikal, mata hitam legam tajam dengan tatapan malas, wajah serius yang tak pernah tersenyum, raganya terlalu mirip dengan laki-laki itu tapi entah mengapa engkau tetap mencintai Sora dan laki-laki itu.
" Aku menyayangimu ibu" kata Sora.
"Ibu tau nak, ada apa?" Kata mu dengan terus mengelus kepala anak itu.
Setelah itu hanya ada Isak tangis dari Sora yang menemani mu. Kau memeluknya erat, 11 tahun kepergian mu dari kota cantik nan jauh dari Tokyo.
11 tahun yang menyiksamu....
🌸🌸🌸
Ngetest doang sih kalo rame bakal di lanjut hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
sampai jadi debu (sakusa kiyoomi)
Fanfictionbadai Tuan, telah berlalu... salahkah ku menuntut mesra? tiap pagi menjelang kau di sampingku... ku aman ada bersama mu.... badai puan, telah berlalu ... salahkah ku menuntut mesra? tiap Taufan menyerang kau di sampingku ... ku aman bersama mu...