Juang

8 3 1
                                    


2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2018.

Sore itu aku tengah bersenda gurau dengan kedua teman dekatku, masa SMP kelas 8. Di bawah teriknya baskara menjelang sore, sosok laki-laki itu muncul bersamaan dengan temannya yang juga tak kalah tampan juga lebih tinggi sedikit dari padanya. Aku dengan rambut diikat satu seadanya kala itu terpana untuk sesaat, ia bahkan melempar senyum saat mata kita bertemu.

"OIT JUANG!" spontan aku memanggil, padahal itu adalah awal pertemuan kami. Tidak seharusnya aku berlagak sok kenal begitu bukan? Memalukan! Dua sahabatku lalu silih bertatap bingung memandangku yang juga tengah menahan rasa gugup mati-matian.

"Ngapain sih Ta?" Wen mengintrupsi, sedangkan Yula lebh memilih untuk memperhatikan saja.

Juang dan Haidar temannya mulai menghampiriku, dan tanpa berpikir panjang aku mengulurkan tangan di hadapan Juang berharap dia mengamitnya. Dan ya, dia balas menyalami tanganku. Mukanya terlihat agak ragu, tetapi mencoba memahami akan situasi apa yang tengah kubangun saat ini.

"Aku mau ngenal kamu secara langsung, boleh ya?" 

Untuk sesaat matanya mengerjap lucu, kemudian tertawa renyah sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Namaku Quita Permadita, panggil aja sesukamu karena kayaknya apapun panggilanmu aku suka!"

"Nama gue-eh nggak, namaku Juang Wungestu. Kayaknya kamu udah punya nama panggilan yang pas buat aku ya?" Mendengar itu aku mengangguk semangat, dan dia terkekeh pelan.

"Juang? Is that okay? Orang-orang biasa manggil kamu Jungwu kan ya?"

"Ya, senyamannya aja."


Genggaman kita berlanjut cukup lama, seraya saling memandang satu sama lain tepat di kedua manik yang indah itu. Dunia mendadak serasa milik kita berdua, sungguh.

"Kalo gitu, bolehkan kalau aku ajak bertemu beberapa kali untuk ngenal kamu lebih jauh? Kayaknya aku beneran mulai tertarik nih, dan aku paling gak suka ngenal orang cuman dari omongan ke omongan aja. Jadi, sampai jumpa di lain waktu!" ujarku mantap, seraya menepuk pelan bahu kanannya, kemudian berlalu pergi bersamaan dengan Wen dan Yula yang kugeret secara paksa untuk segera pergi dari tempat itu.

Mungkin kalian merasa aku ini terlalu abstrak, tetapi begitulah adanya. Dan untuk Wen juga Yula mereka sepertinya sudah cukup biasa dengan sikapku yang memang bersifat blak-blakan ini, terlebih perihal suka terhadap seseorang? Meski baru bertemu, aku rasa aku tetap tak pandai untuk menahan diri agar tidak bertanya dan tidak emnunjukkan sikap ketertarikanku padanya. Dan hei! Bagaimana mungkin aku bisa menahan diri di depan lelaki impian semua orang seperti Jungwu itu? Aku tidak ingin didahului oleh wanita mana pun, maka aku memanfaatkan kesempatan yang ada. Bukankah bagus?


"Ta? Kamu beneran suka sama Juang? Baru ketemu loh, katanya gak percaya cinta pandangan pertama! Kemarin kita baru ngomongin loh ya!" Wen mencubit pinggangku karena kesal, ayolah! Bukankah masa SMP adalah masa terlabil yang pernah ada?

"Aku tarik omongan aku kemarin, eh nggak! Gini aja, opini aku kemarin tetap berlaku tapi pengecualian buat rasa kagumku buat Juang hehehe."

"Haha-hehe aja lo, ketauan Yoon nanti gegara lu demen doi yang dia gebet dari kapan tahu gimana?" sindir Yula.

Mendengar itu aku terdiam, benar aku melupakan bagian terpenting. Orang yang paling membenciku di sekolah saat itu, juga tengah mencintai sosok Jungwu setengah mati. Dan apalah dayaku si pedatang baru untuk Jungwu?

"Gue gak berharap lebih elah, tenang aja."

"Kita liat nanti."

Sial, ucapan Yula benar-benar menggangguku bahkan hampir lebih dari sepekan lamanya. Dan bagian terburuk dari yang terburuk akan kuceritakan di bagian selanjutnya, sampai jumpa!








Ini masih awal, jadi sejauh ini baik-baik saja bukan?

Penasaran Ft JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang