MHT 6

55.9K 1.7K 24
                                    

haloo, votmen ya!!

----

Ucapan Aksel tadi berhasil membuat Shey marah dan merah padam. Sebenarnya marah pada dirinya untuk menutupi betapa malunya dia sekarang. Calon suaminya yang merupakan guru itu mesum sekali. Menyebalkan.

Sedangkan si laki-laki yang menjadi pelaku hanya senyum-senyum. Entah sadar atau tidak, semenjak tadi malam mengenal Shey secara pribadi, Aksel jadi lebih sering tersenyum bahkan tertawa.

"Kamu bisa pilih mana yang kamu suka." ucap Aksel. Dengan santainya ia mendudukkan diri di sofa merah yang ada di butik.

"Serius?!" Aksel mengangguk meyakinkan. Bibirnya mengulum senyum melihat betapa senangnya ekspresi Shey.

"Saya mau yang ada gambar pak senja nya. Tapi bentuk gaunnya kayak punya Yor Forger." ucap Shey dengan mata berbinar penuh harap. Ia membayangkan bagaimana kalau dia memakai pakaian assassin itu. Waw pasti sangat keren.

Kening Aksel tentu berkerut mendengar ucapan muridnya itu. Apa yang dikatakan Shey? Ia tidak memahami maksud gadis itu.

"Pasti bapak ga tau." Shey merogoh saku mengambil ponselnya. Jari-jari tangannya terlihat terampil menggeser dan menggulir layar ponsel. Hingga berhenti pada satu foto yang tersimpan di galerinya.

Gadis itu menyodorkan ponselnya menunjukkan gambar kepada Aksel. "Nah ini, Yoru no okasan." ucapnya.

Mata Aksel membulat sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Aksel membulat sempurna. Tidak tidak. Yang benar saja. Ia tidak akan mengizinkan Shey memakai pakaian seperti itu. Apa-apaan ini. Ia tidak mau miliknya dilihat orang lain. Lebih baik jika Shey meminta pakaian seperti princess Disney dan ia yang menjadi pangerannya. Itu lebih baik.

Aksel menggeleng. "Engga. Ga boleh yang itu. Yang lain aja."

Shey mengerucutkan bibir. "Katanya tadi boleh apa aja. Sekarang kok engga." ucapnya lesu. Aksel tidak konsisten dengan ucapannya sendiri, huh.

"Cari yang lebih tertutup. Nanti banyak orang yang liatin kamu. Saya ga suka." Uh posesif yang menyenangkan.

Baiklah baiklah. Tidak ada pilihan lain bagi Shey selain mengikuti ucapan sang calon suami untuk memilih baju pengantin yang lebih tertutup. Setidaknya lebih lazim digunakan saat hari sakral itu.

Pilihannya jatuh pada gaun dengan dominasi warna putih mengkilap karena banyaknya ornamen yang menghiasi di bagian bawah gaun. Model gaunnya juga mekar seperti putri-putri dalam film fiksi. Shey sampai terperangah melihatnya.

"Saya mau yang ini aja. Boleh, pak?" tanyanya pada Aksel. Beruntung laki-laki itu memberikan gerakan mengangguk.

Aksel menyuruhnya untuk mencoba terlebih dahulu gaun itu. Sehingga tau mana yang harus dibenahi atau dikecilkan. Aksel tidak yakin ada bagian yang harus dibesarkan karena mengingat body calon istrinya yang hemm, sudahlah.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang