MHT 7

53.3K 1.7K 25
                                    

siapkan liver kalian!!

———

Semalaman Shey memikirkan ucapan Aksel. Mengingat-ingat calon suaminya cemburu saat melihatnya berinteraksi dengan laki-laki lain membuat hatinya tersenyum.

Tapi sebagian otaknya berpikir. Bagaimana bisa Aksel sudah cemburu dengannya padahal terhitung mereka baru bertemu kemarin. Kemarin pagi tepatnya saat di sekolah.

Secepat itukah laki-laki menyukai seseorang? Dia saja masih mencoba untuk menerima Aksel sebagai calon suaminya.

Yaa memang tidak bisa dipungkiri Aksel sangatlah menggoda. Tampan? Iya. Gagah? Iya. Pintar? Sudah pasti. Pengertian? Bisa dikatakan iya. Sayang orang tua? Iya sangat iya. Seperti paket lengkap tanpa cacat.

Pagi harinya Shey terbangun. Hatinya sudah teguh. Untuk mulai mencintai dan menyayangi Aksel juga berperilaku baik kepada laki-laki. Bukannya selama ini perilakunya buruk, tetapi baik sebagai calon istri. Yang menghormati calon suami.

Seperti biasa, Shey berangkat ke sekolah dengan berboncengan motor bersama sang kakak. Sebelum ngacir masuk ke sekolah, ia sempatkan bersalaman dengan Sandy.

"Dedek Shey!" panggil Hisyam. Tetapi laki-laki itu tidak berada di tempatnya seperti biasa.

Hisyam terlihat sedang mengobrol dengan Samuel si ketua OSIS di dekat tiang bendera. Di lapangan hijau. Laki-laki itu melambai pada Shey dengan senyum manisnya.

Shey hanya membalas dengan anggukan dan senyum tipis lalu melaju untuk menghampiri anak OSIS yang sedang bertugas. Membiarkan dirinya diperiksa kelengkapan atribut yang dikenakan.

Tiba di ujung deret, tempat guru yang kemarin berdiri. Sudah ada Aksel dengan ekspresi datarnya. Laki-laki itu sedikit menunduk melihat Shey yang tengah tersenyum kepadanya. Senyum manis dan lebih lebar.

Shey mengulurkan tangan. Menerima tangan besar Aksel untuk ia salami. Gadis itu mengecup punggung tangan calon suaminya. Bukan seperti kemarin yang menggunakan hidung, tetapi kali ini menggunakan bibir. Kecupan cukup lama ia dapatkan.

Aksel tentu terkejut. Murid sekaligus calon istrinya ini tiba-tiba berperilaku aneh. Aneh tetapi menyenangkan baginya.

"Selamat pagi, bapak." sapa Shey masih dengan senyum. Matanya menatap dalam Aksel dengan sedikit mendongak.

"Pagi juga." Aksel terlihat tersenyum tipis.

"Nanti makan bareng ya, pak. Saya udah bawa makanan dari mama. Tapi saya juga ikut masak, loh." bisik Shey sedikit berjinjit untuk menggapai telinga Aksel. Beruntung laki-laki itu mengertinya dengan menundukkan badan.

Aksel mengangguk. "Nanti saat istirahat ke ruangan saya saja." ucapnya.

Shey mengacungkan jempol lalu berlalu meninggalkan sang calon suami. Menuju kelasnya dengan langkah kecil sedikit melompat-lompat. Seperti anak TK.

Jika kalian bertanya, Shey kok masih sekolah padahal kan besok nikah? Well, gadis itu yang memaksa. Katanya ingin merasakan waktu-waktu terakhir di sekolahnya dalam status lajang. Ia juga akan memberikan undangan kepada Jeje teman baiknya.

Tetapi tenang saja, setelah perdebatan dengan Henry yang melarangnya sekolah, akhirnya disetujui untuk Shey bersekolah hanya setengah hari. Pemilik dan kepala sekolah ini teman baik Erwin.

"Jeje!" teriak Shey berlari menghampiri Jeje yang sudah mejeng di tempat duduknya. Gadis yang berperilaku agak ke-laki-laki an itu mengangkat dagu bertanya kenapa Shey tiba-tiba berteriak dan berlari ke arahnya.

"Kenape?"

"Sini aku bisikin." Shey mengode Jeje agar mendekat padanya. Sahabatnya itu memutar bola mata malas tetapi tetap melakukan perintahnya.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang