MHT 9

52.2K 1.5K 16
                                    

double up ga nih? komen yg banyak donggg

———

"SAHHH!" teriakan dan riuh tepuk tangan mendominasi tempat dilaksanakannya ijab kabul itu. Semua wajah yang hadir terlihat bahagia. Tak terkecuali pasangan pengantin yang baru mendapat status baru.

"Waduh, Shey. Salim dulu dong itu sama suaminya." teriak Jeje menggoda sang sahabat. Teman sebangku Shey itu memang kerap berperilaku liar. Seolah tidak tahu tempat atau jaim.

Tetapi beruntung respon orang-orang tidak ada yang mengecamnya. Justru turut menggoda Shey yang malu-malu.

Shey menarik tangan Aksel yang disodorkan padanya. Gadis itu mencium punggung tangan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya. Hatinya berdebar kencang seperti ada stik drum yang memukulnya.

Secara otomatis dan refleks Aksel mengangkat wajah sang istri. Mengecup lama kening gadisnya itu menimbulkan pekikan dari para tamu.

Well, sebenarnya hanya beberapa tamu yang berteriak dan memekik. Tetapi karena para tamu itu memiliki suara seperti toa jadi wajar saja jika suasana langsung ramai bergemuruh.

"Cie dedek cie!!" Hisyam yang diundang turut menyoraki Shey. Walaupun di dalam hatinya merasa sakit karena si dedek idaman sudah memiliki pendamping, tetapi perasaan itu ia batalkan. Ia cukup sadar diri bahwa Aksel lebih-lebih apapun darinya.

Acara sorak-sorakan itu selesai. Kini waktunya para tamu untuk bersalaman dengan pengantin.

Jika tamu-tamu lain bersalaman terlebih dahulu sebelum akhirnya menyantap makanan, berbeda dengan Jeje, Samuel dan Hisyam yang memilih untuk menyantap makanan terlebih dahulu. Mengenyangkan perut sebelum akhirnya naik ke panggung menyalami kedua pengantin.

Jeje memimpin barisan. Hisyam di belakangnya sedangkan Samuel berada di paling belakang. Kenapa mereka bersama? Karena hanya mereka lah siswa dari sekolah Shey yang diundang. Itupun karena mereka bertiga sangat dekat dengan si pengantin.

"Aduh aduh, bestie gue udah nikah aja nih. Perasaan waktu pelajaran geografi tiga hari yang lalu ada yang bilang kalo ga suka sama yang dewasa. Malah ngatain gue penyuka orang tua, siapa yaa." ucap Jeje menyindir Shey yang memerah malu.

Aih, Jeje ini. Mulutnya selalu tidak bisa dikontrol. Asal mengatakan apa saja yang ada di pikirannya.

Aksel menatap sang istri yang menunduk. "Benar?" tanyanya.

"Beneran, pak. Nih temen saya yang bilang sendiri. Coba aja bapak tanya." Senyum puas tersungging di wajah Jeje. Ahay senang sekali ia menggoda Shey.

"Benar begitu? Kamu tidak suka yang lebih dewasa?" tanya Aksel kali ini kepada istrinya. Shey hanya menatapnya dengan tatapan menggemaskan gadis itu.

"Udah, pak, jangan ditanya sekarang. Nanti aja waktu di kasur." Jeje sialan. Jika saja tidak ingat sekarang masih ada tamu, Shey mungkin akan melemparkan temannya ini ke luar gedung. Kalaupun kesulitan karena tubuh Jeje yang lebih besar darinya, ia masih bisa menyeret teman sebangkunya itu.

Aksel hanya terkekeh kecil. Melihat wajah merah padam sang istri dan tatapan kesal yang ditunjukkan gadisnya itu kepada Jeje. Dengan santainya sahabat istrinya itu justru menjulurkan lidah. Seperti mengejek Shey.

"Cie Shey mau dibobol, ahay. Jangan lupa ponakan buat gue ya. Yang lucu pokoknya." Setelah bersalaman dan mengatakan itu Jeje berlalu. Sebelumnya gadis itu sempat mengambil gambar dengan sahabatnya, juga gurunya, untuk dokumentasi. Sebelum ia kembali duduk untuk lanjut makan.

Kali ini giliran Hisyam dan Samuel. Di belakang keduanya ternyata ada Sandy yang mengekor.

"Selamat ya dedek, eh maksud gue dek Shey. Semoga langgeng pernikahannya dengan pak Aksel." Hisyam hampir keceplosan menyebut panggilan kesayangannya untuk Shey. Beruntung ia masih sadar sehingga cepat-cepat diralat. Jangan sampai pernikahan yang baru dibina itu bertengkar karenanya.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang