MHT 11

65.4K 1.6K 23
                                    

Bodoh. Aksel bodoh.

Laki-laki yang sedang berada di kamar mandi itu merutuki dirinya sendiri. Bodohnya dia sampai lupa membawa pakaian ganti atau minimal handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

Sekarang ia sudah selesai mandi dan hanya berdiam diri di kamar mandi. Mondar-mandir bolak-balik bingung. Apakah ia harus berteriak meminta tolong sang istri agar mengambilkannya handuk atau pakaian?

Di luar kamar. Shey sedang memainkan ponselnya. Berkirim pesan dengan Jeje yang asyik menggodanya soal malam pertama dan ponakan untuk sahabatnya itu.

Gadis itu baru sadar. Cukup lama ia sendirian di kamar. Aksel masih berada di kamar mandi. Sudah lebih dari dua puluh menit laki-laki itu tidak kunjung keluar. Shey merasa khawatir, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi pada suaminya itu.

Kakinya melangkah menuju pintu kamar mandi. Setelah memantapkan perasaannya yang ragu, Shey mengetuk pintu di depannya.

"Pak, bapak engga kenapa-kenapa kan?" tanyanya sedikit berteriak.

Aksel di dalam kamar mandi tentu bisa mendengar teriakan istrinya. Laki-laki itu langsung memiliki harapan. Aksel melangkah menuju pintu.

"Saya lupa bawa handuk. Bisa tolong ambilkan handuk saya? Ada di lemari." ucapnya juga dengan berteriak.

Shey mengangguk-angguk paham. Lalu berteriak menyuruh Aksel agar menunggunya sebentar. Sementara dirinya mencarikan handuk kepunyaan suaminya itu.

Tetapi nihil. Setelah mengubek-ubek lemari sama sekali tidak bisa ia temukan keberadaan handuk Aksel. Gadis itu menarik handuknya yang tersampir di gantungan.

"Pak Aksel," teriaknya di depan pintu kamar mandi. "Handuk bapak ga ada. Adanya handuk saya, mau engga?" Pertanyaan Shey yang terakhir tidak mendapat jawaban. Kening gadis itu berkerut.

"Bapak Aksel Reyansyah!" Shey bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan brutal. Suaminya itu masih belum bersuara. Padahal baru ditinggal mencari handuk sebentar, masa sudah hilang.

"Kamu masuk saja. Saya sedang membilas rambut, tidak bisa membukakan pintu." Barulah terdengar teriakan Aksel.

Tetapi sahutan laki-laki itu tidak membuat sang istri tenang. Apa tadi kata Aksel? Laki-laki itu menyuruh Shey masuk ke dalam kamar mandi? Yang didalamnya ada Aksel sedang mandi?

"Saya sudah kedinginan Shey. Kamu masuk saja." Teriakan kedua Aksel yang meyakinkan Shey.

Baiklah. Ia akan masuk. Tangannya memegang kenop pintu. Memutarnya dan mendorong daun pintu itu perlahan. Kakinya bisa merasakan air dan busa di telapak kaki. Mungkin bekas Aksel yang berdiri di sini tadi.

Mata Shey menangkap seperti bayangan seseorang sedang berada di bilik shower. Mungkin itu Aksel yang sedang mencuci rambutnya.

Shey melangkahkan kaki perlahan. Satu langkah lagi ia bisa melihat tubuh telanjang Aksel tetapi gadis itu memilih berhenti.

"Pak Aksel, handuknya ditaruh mana?" Tidak ada jawaban. Tidak ada sahutan atau minimal deheman untuk menjawab pertanyaannya.

Gadis itu maju setengah langkah. Matanya terpejam saat tubuhnya sudah melewati bilik kaca buram karena embun di sebelah kirinya. Shey membuka matanya perlahan-lahan. Dan tetot. Tidak ada siapapun. Siluet yang tadi ia lihat adalah shower.

Kepala Shey celingukan mencari keberadaan suaminya. Asyik tengok kanan kiri sampai tidak menyadari kehadiran seseorang di belakangnya.

"Saya di sini." Suara itu cukup mengejutkan Shey. Gadis itu sampai melonjak dan berbalik.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang