RUFFIAN ALANA

22 1 0
                                    

Hidup adalah anugrah kata sebagian orang dan Ruffian mendapatkan anugrahnya. Dari paras, postur dan juga akal yang cerdas, nyaris saja membuat pemuda ganteng itu terlihat sempurna di mata orang banyak.

Tetapi sialnya tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Jauh dari berbagai kelebihannya itu, Ruffian adalah seorang monster.

Dia kejam dan brengsek.





"Maaf..."

Bugh.

"Agh.. ma-"

Bugh.

"Ahh tolong.."

Seringaian muncul di bibirnya dengan kakinya yang melangkah mendekat saat mangsanya itu bergerak mundur mencoba menghindarinya.

Krrt....

Suara tongkat bisbol yang diseret di aspal.

"T-tolong..."

Bagaikan serigala yang kelaparan, saat inilah saat dimana Ruffian menatap mangsanya. Ruffian jongkok di depan mangsanya yang sudah tidak bisa mundur lagi karena tubuhnya yang mentok di tembok sialan itu.

"Lihat sekeliling."

Ruffian menjenggut rambut laki-laki itu dan mengarahkan kepalanya memutar. Disana banyak yang menonton kekejaman Ruffian, tetapi mereka hanya diam saja.

"Pecundang."

Kepala laki-laki itu terhempas ketembok dan itu ulah Ruffian. Lantas Ruffian kembali berdiri dan mengangkat tongkat bisbolnya lalu menaruhnya di pundak kanannya. Sebelum berbalik badan ia sempat melirik wajah laki-laki yang juga ikut menatap wajahnya dengan tubuh penuh lebam itu. Dari wajahnya sarat akan kebencian pada Ruffian, tentu hati yang berkata 'Gua janji bakal bunuh Lo nanti.'

Ruffian seperti tahu apa yang ada di fikiran laki-laki itu, ia hanya menyeringai lalu membalikan badannya dan berkata pada orang-orangnya.

"Buang jasadnya ke sungai."

Laki-laki itu berteriak saat orang-orang Ruffian mengerubunginya dan mulai mengeroyoknya. Orang gila seperti Ruffian hanya tertawa dan mulai naik keatas motornya untuk segera pergi dari tempat itu. Karena Ruffian mempercayai anak buahnya, mereka akan membereskan tikus kecil itu dengan baik.



....




"Anjing ah, males gue pindah ke Jakarta."

Di pinggir jalan seorang cewek berambut pendek sedang asik menggerutu. Orang-orang mungkin tidak akan menyangka bahwa dia adalah seorang perempuan.

"Ah apaan si kok gak di angkat."

Kakinya dengan asal menendang angin. Jarinya sibuk mengirim spam pada seseorang yang saat ini membuatnya kesal.

"Bangsat."

Karena tingkahnya yang tidak bisa diam, helm di atas motornya pun jatuh ke aspal.

"Agrrhh fuck."

Alana berjalan memutari motornya dan hendak berjongkok untuk mengambil helmnya.

TINNNN TINNNN

GHHRRRR

Alana melotot kaget saat motor itu hampir saja menabraknya.

"BANGSAT GAUSAH NORAK KEBUTAN DI JALAN!"

Alana berteriak kesal menatap nyalang punggung dari pengendara sialan itu yang hampir saja membuatnya celaka.

"ANJING LO, GA TANGGUNG JAWAB!?"

Alana kepalang sebal, ia segera memakai helm nya dan naik keatas motornya. Ia memasukan handphonenya pada jaket lalu menaikan resleting jaketnya. Segera ia menyalakan mesin motornya dan menggerung motornya menancap gas dengan kecepatan tinggi tuk mengejar pelaku tabrak lari itu(?)

Untung saja jalanan sepi, Alana tidak takut mengebut dengan kecepatan motornya full.

Tinn!! Tinnn!!

Alana terus membunyikan klaksonnya. Saat ini ia berada tidak jauh di belakang si pelaku itu.

"WOI!"

Akhirnya Alana berhasil menyeimbanginya, ia sekarang tepat di samping pelaku itu. Dan mereka berdua masih belum mengurangi kecepatannya.

"BRENGSEK, FUCK YOU!" Alana berteriak seperti orang gila.

Di liriknya terlihat samar-samar wajah si pelaku yang tidak mau mengalah itu. Dan beberapa detik setelahnya orang itu ikut menoleh dan menatap balik Alana.

"Awas, ada mobil di depan lo."

Suaranya terdengar tenang dan lumayan pelan, tetapi Alana masih bisa mendengarnya.

"Hah?"

Tepat di saat Alana menoleh ke depan ada mobil di depan mereka. Alana yang kepalang panik langsung belok ke kanan tuk menghindsr sedangkan orang itu belok ke kiri tepat dimana mobil itu mengarah kesana.

Jantung Alana seketika berhenti berdetak. Ia pun berhenti dan kembali memutar motornya tuk kembali ke tikungan itu.

Matanya melotot dari jauh ia melihat orang itu berada di depan mobil dan terus melaju kencang.

"Dasar gila."

Badannya terasa lemas. Buru-buru ia pergi meninggalkan jalur itu.








RuffianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang