aksara dan chandra.

12 1 0
                                    

Manusia itu dasarnya sederhana. Mereka lahir, bertumbuh, dan terus menjalani hidup dengan tujuan bahagia. Bagi Aksara, bahagianya terpusat pada manusia lainnya bernama Chandra Branuwijaya.

Chandra seperti selalu punya cara untuk temukan senang dalam sejuta sedih Aksara. Ia selalu dapat tunjukkan seribu bahasa cinta agar perempuannya tahu bahwa ia begitu mengasihinya. Karena untuk Chandra, senyum seorang Aksara Rea Maharani adalah kebahagiaan nomor satu dari sekian banyak definisi bahagia di hidupnya.

Mereka merupakan dua manusia yang saling mencinta, dua manusia yang sejatinya hanya ingin bahagia. Oleh sebab itu, ketika kata 'pertunangan' terealisasikan, Aksara dan Chandra sudah kehilangan kata untuk mendeskripsikan betapa bersyukurnya mereka untuk dapat terus bersama.

Sebagaimana mereka bahagia dapat bersatu, yang di sekitar pun juga ikut merasakan senang tak terkira. Menurut Calvin dan Haris, orang yang notabene merangkap menjadi saudara keduanya, Aksara dan Chandra merupakan dua insan yang istilahnya "match made in heaven". Keduanya seperti dilahirkan untuk bersama. Melengkapi eksistensi sambil terus belajar tentang satu sama lain.

***

Kalau ditanya siapa saksi utama cinta kisah mereka, Chandra akan menjawab "pohon mangga halaman belakang rumah Aksara" dengan mantap. Pohon mangga itu benar-benar menyaksikan kisah mereka dari awal menjalin kasih sampai mereka bertunangan. 

Aksara bukanlah pribadi yang gemar berada di luar rumah terlalu lama. Orangtuanya juga lebih menyukai jika Chandra main ke rumah ketimbang membawa anaknya pergi kencan. Jadi halaman belakang rumah Aksara kerap menjadi tujuan kencan mereka.

Sebetulnya tak banyak yang dapat mereka lakukan di sana lantaran rerumputan hijau belakang rumah tak begitu luas jaraknya. Namun yang namanya sudah kepalang cinta, apa saja jika dilakukan berdua terasa seperti nikmat dunia yang paling utama.

Lalu pasangan tersebut kembali memadu kasih. Bersenda gurau membahas apapun yang sekiranya cocok untuk dijadikan topik perbincangan berlarut. Ketika mereka bersama sore itu, senja terasa lebih hangat dari biasanya. Angin terasa berhembus syahdu kala mendengar riang tawa Chandra yang pecah saat Aksara berbuat lucu.

Semuanya sudah terlihat sempurna.

***

Suatu waktu, Aksara pergi bersama sahabat-sahabatnya. Dasarnya memang mereka sudah jarang bertemu semenjak keharusan menjadi tak tahu waktu dan menyisakan jarak antar satu sama lain. 

Restoran yang mereka singgahi mendadak beralih fungsi menjadi pagelaran konser ketika Jihan, temannya teman Haris, mengusulkan permainan karaoke untuk mengisi kekosongan pasca kenyang.

"Di mata mu, aku tak bermakna. Tak punyai arti apa-apa~" Jihan terus bernyanyi. Tubuh rampingnya sudah asik menari tanpa peduli rasa malu.

Eksistensi lainnya hanya mendukung Jihan, sambil dalam hati merutuk agar manusia yang satu ini cepat diberikan tobat. Aksara sendiri dari tadi hanya diam. Memikirkan scenario bagaimana jadinya jika Chandra dan Calvin ikut dalam acara makan-makan ini, dipastikan hancur seribu persen lantaran mereka berdua dengan Jihan sudah seperti satu pinang dibelah tiga, sebelas dua belas.

Namun yang Aksara tidak sadari adalah ia terlalu kalut dalam pikirannya. Membuat Revan, temannya Chandra, sedikit khawatir akan dia. Kediaman tunangan temannya di tengah lautan pertikaian Mahesa dan Jihan bukan menjadi hal yang lumrah untuk mereka semua. 

Aksara memang pendiam, tiap tutur katanya tertata dengan apik. Bahasa lugasnya kerap memanjakan kuping si lawan bicara sebab semua kalimatnya sudah tersusun matang-matang. Namun hal itu tidak melemparkan fakta bahwa Aksara gemar dengan suasana bising dan ikut menjadi bising pada tiap sahabatnya. 

𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang