•04•

3 0 0
                                    

Happy Reading! 🦋
.
.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Hati Nara tak tenang memikirkan OSIS, sedikit lagi langkahnya selesai di OSIS, ketika mendapatkan sertifikat OSIS, tugasnya akan selesai.

Ales
Lo online.

Nara
Iya

Ales
Gue tebak
Lo masih nangis kan
Haha

Nara
Iya

Selang berberapa menit setelah Nara mengirim pesan itu, pesan itu dengan cepat di baca oleh Ales.

Tak lama setelah itu, ponsel Nara berbunyi.

Ada panggilan vidio dari Ales, Nara menggeser layarnya, tanda ia mengangkat panggilan itu.

"Yaaaaaahhh, bocill" kata Ales membuka obrolan.

"Brisik lo Al, sumpah." Decak Nara sebal.

"Udah kali, Ra. Lagian wajar bapak lo marah gitu, dia gak mau lo kenapa kenapa," ujar Ales.

Nara tersenyum, "gue mau mereka kasih kepercayaan ke gue, Al. Gue mau di perhatiin, tapi gue juga mau rasain namanya bebas."

"Gue tiap liat lo nangis kaya gini suka aneh tau Ra." Kata Ales.

Nara mengerutkan keningnya kebingungan.

"Lo kaya banyak banget masalah yang lo alamin. Padahal kan cuma dilarang masuk OSIS?" Ujar Ales memberi tahu.

Andai lo tau semua masalah masalah gue, Al. Lo gak bakal ngomong kaya tadi.

Nara tersenyum, "iya, kayanya emang muka gue kalo nangis kaya gitu." Jawab Nara

"Udah ah, jelek muka lo kalo nangis." Ujar Ales.

"Emang," jawab Nara.

Ales tertawa, "iya ya, gue lupa."

"Nyebelin lo!" Kata Nara setengah membentak namun ia lalu tertawa.

"Gitu dong, ketawa." Ales ikut tersenyum melihat Nara tertawa.

"Gue gak tau, apa yang udah terjadi sama lo sebelum lo ketemu sama gue. Masalah lo segede apa, keluh kesah lo sebesar apa, hari hari buruk lo sebanyak apa, yang gue tau lo pasti capek kan, Ra?"

Nara terdiam. Ales.... Ia ingin meneluk Ales sekarang.

"Iya." Jawab Nara.

"Gak papa kali kalo lo mau capek. Kita manusia, hal kaya gitu manusiawi."

Nara meneteskan air matanya lagi. Ntah kenapa setelah Ales mengucap seperti itu, rekaman masa lalunya terekam jelas di benaknya.

Banyak hal yang Nara tutupi dari Ales. Dan Ales tak tahu apa yang sedang terjadi dengan Nara.

"Yang kuat ya, Ra."

****

Pagi ini mata Nara sembab. Apakah ia harus bertemu dengan ayahnya pagi pagi seperti ini ? Ah semoga saja tidak.

"Nara, pergi sama gue gak?" Tanya Devan.

"Iya, bentar." Nara membuka pintunya, Devan sejak tadi berdiri di depan pintu kamar nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang