Trauma akan kehilangan

0 0 0
                                    

     Namaku Zehraa yang berarti bunga . Orang tuaku memberikan nama itu agar aku menjadi seperti bunga bagi mereka penyejuk hati dan pewarna bagi kehidupan keduanya.  Tepat di umurku yang ke 20 tahun ayahku pergi meninggalkanku untuk selamanya.  Sedih , pilu dan sakit membuatku seolah-  olah tidak berdaya lagi.  Aku cuma bisa menagis dakam kesendirianku dan mencoba menyerahkan semua rasa sakit kepada-Nya.

   Empat tahun setelah kejadian itu aku kembali lagi kehilangan sahabatku. Dia sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Sungguh penyesalan terbesarku  belum banyak  yang bisa kuperbuat  untuknya. Luka ini sungguh membuatku tidak berdaya. Hanya mampu menangis dan terus menangis dan pada akhirnya aku jatuh sakit.

   Luka dalam yang kurasakan , membuatku  suka berpikir apakah aku juga akan menyusul ayah dan sahabatku dalam waktu yang dekat ini.  karena semakin hari luka ini semakin membuatku lemah.  setiap aku mau tidur terkadang rasa takut terus - menerus menghantuiku. Aku takut jika aku terbangun ternyata aku sudah tidak ada , dan aku sudah di alam yang lain .  Perasaan  ini berlangsung cukup lama dan aku mencoba  memulai meminta maaf kepada semua orang - orang yang aku kenal. Dan menyelasikan semua apa- apa yang harus aku selesaikan. Termasuk mengqodho puasa, solat, bayar hutang. Dan semua  kulakukan untuk mempersiapkan diri jika sewaktu- waktu  harus pergi meninggalkan dunia ini.

    Aku teringat  dengan dua kitab yang pernah aku pinjam dari  dahulu. Kitab tersebut hampir 3 tahun bersamaku. Tetapi selalu aja tidak ada kesempatan baik  agar aku bisa  mengembalikan kitab tersebut,  kucoba untuk  mengabari pemiliknya   dari telegram karna nomor hp  nya yang penah kusimpan  sudah tidak ada lagi di kontak ku.  Aku memberanikan diri  mengucap salam terlebih dahulu   sambil menanyakan kabarnya. Sepontan dia langsung menjawab dan menyuruhku agar mengabarinya lewat whatsapp saja , sambil mengirim nomor whatsapp nya.

Melalui  whatsapp  aku langsung mengatakan niatku untuk  mengembalikan kedua kitab yang pernah kupinjam 3 tahun lalu . Saat itu  ujian yang sudah hampir tiba sementara kitab di toko buku tidak tersedia. Aku mencoba meminjam kedua kitab itu karena terpaksa jika ada cara lain agar bisa  mendapatkan kitab dari kuliah pasti akan kutempuh cara itu. Namun tetap saja tidak bisa aku harus mencari sendiri dengan caraku. Hingga aku memutuskan untuk meminjam saja.  Dan  kuberanikan diri meminjam ke kakak kelas. Dan satu-satu nya yang bisa aku pinjami hanya kak  Feridh  karena dia satu-satu nya senior yang aku kenal di jurusan yang sama.

   Kini aku ingin mengebalikan buku itu lagi ke pemiliknya karena memang sudah tidak kupakai. dia mengatakan tidak usah di kembalikan lagi, Anggap aja itu hadiah untukmu. Akupun  mencoba mengatakan kehawatiranku bahwa ajal kita tidak pernah ada yang tahu. Aku tidak ingin jika kedua kitab itu nantinya malah memberatkanku. Dan aku juga tidak mau jika di akhirat bakal ditagih.  "Enggak  raa, tenang aja aku udah ikhlas ko,  nggak bakal nagih. Jikapun nagih  palingan aku nagih kamu karna dari dulu enggak pernah mau membalas rasaku."

    Sontak aku langsung terkejut dengan pernyataannya.  Hingga kucoba mengalihkan pembicaraan  "yaudah kak aku terima yaa kitabnya,  semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah."

Bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kutulis rindu  di sebaris luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang