"Ck, ke sini!"
"Jangan marah-marah terus, jelek," ejek yang termuda—Minjeong.
Jungeun merotasikan kedua bola matanya. Jemarinya sibuk berkutat pada sebilah kunci dan pintu. "Ibu sedang sakit, kenapa kau terus bermain?"
"Hei? Aku tidak bermain. Aku. Pergi. Kerja. Kelompok. Sudah ribuan kali aku mengatakannya, kenapa kau tak percaya padaku." Ia berdecak tak suka.
Pintu berhasil dibuka. Berbekalkan sinar dari rembulan, Jungeun meraba sekitar untuk mencari tombol lampu. Langkah Minjeong terhenti kala tungkainya menginjak genangan cairan lengket.
"Kak, kau tidak membersihkan lantai, ya?"
"Rumah selalu rapih saat kita pergi, Bodoh. Jangan menuduh sembarangan," ucapnya seraya terus mencari tombol lampu.
Lampu menyala. Jungeun menyipitkan matanya kala menangkap sinar menyilaukan itu. Dilihatnya, Minjeong tengah terdiam dengan mulutnya yang ditutup oleh tangannya.
"Ada apa? Kau keracunan?"
Ia menggeleng cepat. Jemarinya yang bergetar menunjuk ke arah belakang sang Kakak. Jungeun pun menoleh dan mendapati ibunya yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang bersimbah darah.
"... Ah, sialan."
ㅤ
ㅤ
ㅤ.
.
.
ㅤ
ㅤKim Jungeun
Kim Minjeong
ㅤ
ㅤ.
ㅤ.
ㅤ.
ㅤ
ㅤ
ㅤ“We need to know.”