Pengakuan

34 5 6
                                    

Tamara turun kedapur untuk membuatkan minum, tapi disana ia tampak kebingungan dengan peralatan dapur, maklum ini bisa dikatakan hari pertama baginya masuk kedapur,

" Mmm..kok tadi Ara lupa tanya mas Halim, mas Halim nya suka minum apa? Bingung sendiri

"Gula sama tehnya ditaruh bunda dimana ya? "Sambil memeriksa perlengkapan dapur  yang ada dimeja.

Sebenarnya ia bisa saja membangunkan bi Diah, tapi iya tidak enak hati dengan bi Diah, yang baru saja istirahat.

Tanpa disadarinya sebuah gelas dekat meja terjatuh,

" Bruach" suara pecahan gelas

"Astaghfirullah" spontan Tamara berucat dengan nada lantang

Bi diah yang baru tidur pun terkejut mendengar suara pecahan gelas, ia pun segera berlari   kearah dapur, wajar saja karena letak dapur tidak jauh dari kamarnya

" Ada apa? dengan wajah bingung, melihat kesekitar dapur, tanpa disadari ia melihat Tamara sedang membersihkan pecahan gelas

"Non Ara lagi ngapain disini"

"I..ini bi, Ara tadi lagi nyari gula sama teh,,eh malah ngak sengaja gelasnya tersenggol"

"Ohh..ya sudah non, biar bibi saja yang bersihkan, non istirahat saja"

" Tapi bi..Mmm..iya bik kebetulan Ara mau buat minum, ngak papa bi, kalau bibi yang bersihin, maaf..maaf sebelumnya bik Ara
sudah merepotkan bibi" dengan perasaan bersalah

Bi Diah yang melihat Tamara tersenyum melihat sikap rasa bersalah tamara

"Eh..non jangan bicara begitu, itu juga udah menjadi tanggung jawab bibi juga" sahut bi Diah sambil memasukkan pecahan gelas kedalam plastik.

Bi Diah adalah seorang pembantu yang berumur 60 tahun, yang sudah lama bekerja dirumah keluarga Halim, beliau sudah dianggap keluarga Halim, seperti keluarga sendiri begitupun dengan bi Diah sebaliknya

" Mmm..iya bi" sahut tamara sambil memelas

Pecahan gelas sudah selesai dibersihkan bi diah, tapi terlihat Tamara masih tampak kebingungan, hal itu juga membuat bi Diah bingung.

" Non..lagi mikirin apa" tanya bi Diah berjalan mendekati Tamara dengan menepuk bahu Tamara

Tamara yang terkejut langsung berucat

" Astaghfirullah bibi, bikin Ara kaget aja." Sambil mengurut dada

Bibi diah yang melihat sikap Tamara hanya tersenyum geli sambil menggeleng-geleng kepala

"Maaf non, bibi ngak maksud, abis non, dari tadi bibi perhatiin ngelamun mulu" sahut bik Diah dengan wajah manyung

"oh iya bi, ngak papa bi..ini..ara mau buatin mas halim minum, tapi itu bi "

Belum sempat Tamara melanjutkan ucapannya, tiba-tiba bi Diah buka suara

" Oh buat mas Halim toh. non buatin aja kopi panas non" bisik bi Diah sambil tersenyum

" Ihh..bibi kan udah malam kok kopi panas sih" sahut tamara kesal

"Kan malam pertama  non biar tambah mesra" ujar bibi diah sambil tertawa kecil berlalu meninggalkan tamara

Tamara yang kesal melihat sikap bibi pun berucat

"Astaghfirullah bibi"

Teh sudah siap dibuat, ini saatnya untuk Tamara Kembali ke kamar, diperjalanan Tamara masih termenung ia teringat akan percakapan singkat sahabatnya perihal dirinya,

" Lebih baik lo jujur aja Ra, dari pada nanti suami lo tahu kalau lo tidak mencintainya malahan mengangumi lelaki lain, kalau benar suami lo seperti yang sebenarnya lo bilang, gue yakin suami lo bakal percaya kok, dan capa tahu juga ada solusi juga buat ini"

Sebening Cinta TamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang