SALJU lebih tebal lima puluh sentimeter dari biasanya. Musim dingin tahun ini sama seperti musim dingin tahun lalu. Angin akan meniup apa pun, dan salju akan menutupi semua yang dilaluinya. Seperti biasanya ketika badai salju sedang datang, di saat semua orang berada di dalam rumah bersama keluarga dan perapian hangat sambil menggumamkan Nyanyian Musim Dingin—yang hanya berupa dua belas nada yang dibuat dengan mulut terkatup, aku menyusuri lembah.
Tempat ini hanya sepi saat badai salju. Karena biasanya tempat ini dipenuhi oleh para Pemotong Es, yang berbondong-bondong seperti semut, membawa gergaji dan kereta kuda mereka. Tapi apa yang aku pikir ternyata salah, aku tidak sendirian. Aku melihat satu Pemotong Es sedang berada di sisi danau beku. Ditemani satu anjing siberia dan kuda hitam yang menarik gerobak kecil. Dilihat dari gerak-geriknya ketika menancapkan gergaji ke permukaan es, sepertinya dia bukan amatiran. Tapi hanya orang bodoh yang keluar mengambil es ketika badai salju sedang datang. Atau mungkin dia adalah orang kesepian yang tidak memiliki keluarga.
Anjing siberia putih yang pertama kali menyadari keberadaanku. Ia menggonggong gila seperti melihat orang asing mencurigakan yang memasuki halaman rumah. Anjing itu bersikap yang semestinya, aku memang terlihat mencurigakan. Tidak ada satu pun manusia yang menyukaiku—bahkan keluargaku sendiri. Dan meskipun anjing itu bukan manusia, setidaknya ia adalah peliharaan mereka.
Pemotong Es menyadari jika anjingnya sedang menggonggong sesuatu. Ia mendongak, menggerakkan kepalanya yang tertutup kupluk khusus berhiaskan butiran salju dari langit. "Chaki!! Chaki!! Hey!!" Dia berteriak memanggil anjing itu.
Lalu dari gerak tubuhnya yang seperti terkejut, sepertinya dia berhasil menemukan keberadaanku. Ia membuka kacamata khususnya—yang sering digunakan oleh Pemotong Es profesional, untuk melihatku lebih jelas. Dan itu membuktikan bahwa dia benar-benar pria bodoh. Ketika badai salju, para Pemotong Es akan tetap menggunakan kacamata salju mereka untuk melihat lebih jelas, bukan malah membukanya.
"Halo?"
Ini pertama kalinya ada manusia yang mengajakku berbicara. Maksudku, mereka lebih banyak berdoa meminta keselamatan kepada Dewa agar terhindar dari malapetaka karena melihatku. Padahal Dewa itu tidak ada. Yang menguasai jagat raya, selain manusia, hanyalah Roh—Roh Samudra menguasai lautan dan segala macam air, Roh Bumi menguasai seluruh daratan dan dasarnya, Roh Bulan menguasai langit malam, Roh Hewan menguasai jiwa-jiwa liar, Roh Matahari menguasai siang. Aku pernah bertemu beberapa diantaranya.
"Halo?"
Aku seperti dalam mimpi saja. Mendengar manusia berbicara padaku seperti mendengar anjing laut berbicara.
"Nona?"
Seharusnya dia tidak berjalan mendekat ke arahku tanpa memperhatikan pijakannya. Retakan-retakan besar membuat sebuah motif di permukaan danau beku. Tapi karena dia terlalu bodoh untuk sadar, dia terus berjalan mendekat.
"Halo?"
Itu kata-kata terakhirnya sebelum terperosok ke dalam danau. Kudanya meringkik histeris sambil mengangkat kedua kaki depannya, terkejut. Anjing siberia miliknya malah melolong panjang tanda sebuah kesedihan atau meminta bantuan. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, tubuhku seperti bergerak tanpa disadari. Berlari menuju celah es yang terbuka di permukaan danau. Melompat masuk ke dalam mulut danau yang terbuka seperti para Pencari Rumput Laut. Tentu saja aku tidak bisa dibandingkan dengan para Pencari Rumput Laut, mereka menggunakan pakaian anti air yang melindungi tubuh dari sengatan air es ketika menyelam. Aku tidak menggunakan pelindung apa pun selain dress biru robek-robek yang aku kenakan. Lagi pula udara dingin mencintaiku.
Mataku melihatnya mengambang turun ke dasar sambil menggila menggerakkan tubuhnya. Aku pikir dia tidak bisa berenang, atau mungkin lupa caranya berenang karena terserang panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Musim Dingin
FantasyManusia setengah dewa yang mencintai manusia biasa. Akankah mereka bisa selalu bersama? G a b r i e l © c o p y r i g h t 2 0 2 2