[ 𝐋𝐢𝐧𝐠𝐬𝐭𝐨𝐧 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝟏 ] 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+
Moara Laquitta. Akhirnya menyatakan perasaannya kepada seorang Gabarra Lingston. Pria brengsek, bejat yang sehari-hari menyetubuhinya. Di butakan oleh cinta dan sayang membuat Moa menerima se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PERHATIAN!
CERITA INI MEMANG BERLATAR BELAKANG NEGARA LUAR. TAPI LOVA TIDAK MEMAKAI BAHASA FORMAL MELAINKAN BAHASA (GAUL) INDONESIA.
LOVA TAHU, LOVA SALAH KARNA SUDAH MELENCENG DARI SEGI PERATURAN BAHASA. TAPI LOVA SUDAH BERUSAHA UNTUK MEREVISINYA MENJADI BAHASA BAKU. TETAP SAJA LOVA MERASA TIDAK NYAMAN. RASANYA SEPERTI KURANG.
BAGI YANG MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN BAHASA YANG LOVA GUNAKAN. LOVA TIDAK MEMAKSA KALIAN MEMBACA.
TERIMAKASIH:)
. .
Moara Laquitta. Sejak pagi senyum di bibirnya tak pernah pudar. Sudah dua tahun Ia memendam perasaan suka pada seorang Gabarra Lingston. Hari ini Ia sudah memutuskan untuk menyatakan perasaannya itu.
"Kenape lo senyam-senyum?" tanya Laura.
"Moa mau nyatain perasaan Moa sama Ka Barra!" tuturnya dengan antusias.
Laura terkejut mendengar ucapannya. "Lo-lo serius?"
Moa mengangguk semangat. "Kira-kira ka Barra suka apa ya La?" tanya Moa matanya tak luput dari Barra yang tengah bermain basket di lapangan bersama teman-temannya.
"Buat apa?" tanya Laura menatap Moa lekat.
"Kalau mau nyatain perasaan gak mungkin dengan tangan kosong," tuturnya. Moa berpikir sejenak. "Apa Moa beliin coklat aja kali ya?"
"Woooo! Barra!"
"Barra semangat!"
"Ayang barra semangat ya sayang!"
"Gila keren banget ga sih masa depan gue?!"
"Barra!"
"Barra! Barra!"
"Kak Barra keren banget!"
"Semangat Barra!"
Riuh teriakan para siswi sekolah memenuhi lapangan. Mereka secara terang-terangan memberi semangat pada Barra. Cemburu? Tentu saja Moa cemburu. Tapi untungnya Barra tak pernah di kabarkan dekat dengan siswi manapun. Hal itu membuat hatinya bernapas lega karna kesempatan emas masih terbuka lebar untuknya.
"Moa Lo yakin?""
Moa mengangguk. "Moa sanggup bersaing sama siapapun selagi kak Barra belum memilih!"
"Tapi kalau nanti Barra nolak?"
"Itu bisa Moa pikirin nanti. Selagi belum tahu. Gak ada salahnya di coba kan? Lagipula Moa sudah lama memendam. Kalau nanti kak Barra nolak. Moa gak masalah! Yang pasti perasaan sudah di sampaikan!"
