"Oii, jadi kau yang memiliki penyakit mematikan itu?"
Kedua alis Kei mengernyit, antara kesal juga tersinggung atas ucapan senior bersurai hitam yang dengan santainya duduk disebelahnya yang tengah asik menikmati acara membaca bukunya. "Tujuanmu?"
"Tidak, aku hanya penasaran denganmu."
"Bagus, jadi bisa tinggalkan saya sendiri disini?" ujar Kei, tatapannya masih terfokus pada buku yang ada diatas meja perpustakaan tersebut.
"Bisa, tapi aku tidak mau."
Tuk-
Kei menutup kesal bukunya, lantas berdiri berniat berpindah tempat untuk menjauh dari senior anehnya yang sayangnya terkenal dikalangan wanita disekolahnya. Namun niatnya urung, kala sebuah tangan menahan pergelangan tangan miliknya. Segera ia menepis tangan tersebut.
"Kau gay?" Kei menatap pemuda tersebut antara kesal dan heran.
Tak-
"Yak-"
"Katakan gay sekali lagi dan aku akan memperkosamu sekarang juga disini." balas pemuda tersebut setelah menjitak pelan kepala Kei. Membuat pemuda pirang tersebut sedikit merengut tanpa sadar.
"Dasar gila." ujar Kei seraya membenarkan posisi kacamatanya.
"Tidak sopan sekali kau kepada seniormu."
"Tidak kah kau bercermin, senior yang tampan. Kau dulu yang tiba-tiba menghampiriku dan berbicara seakan-akan kita mengenal satu sama lain dengan akrab." sindirnya, lantas mendengus merasa orang disampingnya ini adalah senior terfreak yang pernah ia temui.
"Terimakasih pujiannya, aku memang tampan."
Sial- Kei ingin sekali menendang wajah senior nya saat ini yang terlihat sangat percaya diri. Ia menyesal mengatakan hal tersebut, berniat menyindir justru dianggap pujian. Dasar bodoh, tidak berguna. Oke abaikan yang terakhir.
Tes
"Hey, kau sehat?" tanya pemuda bersurai hitam tersebut seraya mengguncang kecil bahu Kei.
"Yak- seharusnya aku yang bertanya begi-"
"Tidak tidak, aku serius. Hidungmu berdarah."
Kei tersentak kecil, sebelum akhirnya ia tersadar. Segera ia mengambil sapu tangan dikantung celana bagian belakangnya, menutup hidungnya yang terus mengeluarkan cairan pekat berwarna merah tersebut, mengabaikan pekikan dari senior gilanya yang terlihat shock. Kei mendengus, dia yang mimisan kenapa seniornya yang heboh sendiri. Dasar aneh.
Kei kembali mendudukan dirinya, kepalanya kembali pusing, tangannya masih setia menekan sapu tangan dibagian hidungnya, kepalanya sedikit mendongak berusaha menghentikan darahnya yang terus keluar. Sedangkan seniornya? Masih saja memekik heboh, membuat kepalanya semakin pusing mendengar pekikan keras tersebut. Apa seniornya lupa, mereka sedang berada diperpustakaan? Dengan kesal Kei membungkam mulut sang senior dengan telapak tangan miliknya yang lain.
"Mmpp-"
"Kau bisa diam? Kau kira kita sedang berada dihutan?" Kei melirik sinis pada seniornya yang menatap tak setuju pada dirinya. Kei ingin tertawa melihat reaksi lucu dari seniornya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wish That Can't Come True? [KuroTsuki] √
Short Storycek sendiri, yg ga suka angst... Mampir aja, biar rame toxic-an kalian buat author ini🗿👌 BxB ga ush nyasar