Keluarga

0 0 0
                                    

“Ma, Nja, Aku salat dahulu, Aku tinggal ya Nja, baik-baik sama Mama,” ujar Aksara lalu masuk ke kamarnya.
“Sya, mengapa akhir-akhir ini tidak pernah main ke rumah? Kamu dengan Aksara apakah baik-baik saja?” tanya bu Dibyo kemudian.
“Maaf Ma, sebentar lagi malam kesenian, sangat banyak hal yang harus dipersiapkan, bhakan hari inipun sebenarnya juga ada rapat, namun karena tadi Senja pingsan jadi boleh izin, soal Saya dengan Aksara, kami berteman baik Ma.” Jawab Natasya ragu.
“Berteman? Lhoh kalian putus? Sejak kapan?” tanya Bu dibyo heran.
“Sudah sering Ma, ya beginilah Aksara, ada masalah sedikit merajuk, minta putus, besoknya saat Senja jalan dengan laki-laki selain dia, Aksara marah, tidak terima dan mengatai hal-hal buruk pada Senja, Lalu Senja maafkan, balikan lagi, ada masalah putus lagi, Namun mungkin kali ini Senja akan benar-benar putus dengan Aksara, kali ini Senja mengiyakan  memutuskan untuk kami berteman saja.” Terang Senja.
“Oke, baiklah, Mama mengerti  paham sekali perasaan kamu, mungkin saat ini kalian belum cukup dewasa untuk saling menerima satu sama lain, namun semoga nanti saat kalian dewasa, ya kuliahlah mungkin, ketika kalian satu fakultas lagi kalian akan bersama lagi,  lebih dari sekadar berteman, untuk saat ini Kamu  Aksara berteman saja dahulu tidak apa-apa, Mama sudah Bahagia, Senja masih mau kan tetapi memanggil Mama dan menganggap Mama ini Mama Senja juga.” Pinta bu Dibyo
“Tentu Ma, ke depannya pun, mau bagaimanapun akhir Saya dengan Aksara, Mama, akan tetap jadi Mama Senja selalu, Senja sayang sekali dengan Mama juga Papa, terkadang Senja juga menganggap Aksara itu adik Senja, Namun untuk hubungan yang lain Senja rasa perlu dipertimbangkan lagi, mungkin setelah ini Senja juga jadi jarang lagi untuk main ke rumah Mama.” Jawab Senja sedih, ya ada kesedihan terbesit di paras cantiknya, sedih karena akhirnya harus meninggalkan keluarga bu Dibyo yang tak dapat dimungkiri memang lebih hangat dari keluarganya sendiri.
“Ma, Nja Ayo makan Aku lapar,” Ajak Aksara yang sudah duduk di meja makan.
“Oiya Mama tadi masak sop kesukaan Senja, Ayo makan.” Ujar Bu dibyo, Senja hanya mengangguk, kehangatan seperti ini tidak pernah dia rasakan di rumahnya sendiri, seolah Senja telah resmi  lama menjadi bagian keluarga bu dibyo  Aksara, seakan dirinya  Aksara telah resmi hidup bersama.
“Ra, Nja, nanti Mama mau keluar sebentar ya sama bik Inah, Senja di sini saja ya, temani Aksara.” Titah bu Dibyo.
“uhuk,uhuk.” Senja terbatuk terkejut mendengar permintaan bu Dibyo, yang benar saja apa yang akan terjadi, ketika dua sepasang ditinggalkan hanya berdua di dalam satu rumah.
“Tenang saja Nja, kalau Aksara macam-macam sama Kamu, Kamu tinggal teriak saja, nanti mabk-mbak kos, di halaman belakang akan langsung datang menolong.” Ujar bu Dibyo tenang setengah terkekeh.
“Bukan begitu tante, eh Mama tapi Senja rasa Aksara juga, akan tidak nyaman jika hanya berdua saja dirumah, bersama Saya pula.” Ujar Senja gugup.
“Aku nyaman kok, tidak apa-apa Ma, yang lama ya, mungkin nanti Mama dapat cucu,” ujar Aksara menggoda sambil mengunyah ayam gorengnya.
“Heh, Kamu ini, masih SMA, mau kamu kasih makan apa Senja dan cucu Mama.” Jawab Bu Dibyo terkekeh.
“Nhah kan Ma, Aksara seram begitu, belum-belum sudah bahas cucu Mama.” Ujar Senja dengan raut tertekan.
“Tidak mungkin Aksara begitu, meski ceroboh, tetapi dalam hal ini, Mama yakin kalian bisa dipercaya.” Ujar bu Dibyo masih.
“Ayo Nah, kita berangkat sekarang, sebelum habis ini diskonnya,” ajak Bu Dibyo
Lalu Bu Dibyo dan Bik Inah pun keluar rumah meninggalkan Aksara Senja berdua.
“Ehem, Nja kamu ingin makan jajan kah, cari kudapan yuk, di sekitar sini saja, naik sepeda, kamu mau ganti baju dahulu?” tanya Aksara membuka pembicaraan, karena sejak tadi mereka hanya diam di kursi masing-masing.
“Ah, iya boleh, Aku rindu cilok di seberang Tk sana, ayo keluar.” Jawab Senja akhirmya, sebenarnya dia hanya ingin keluar dari situasi aneh ini, hanya diam berdua saja dengan Aksara pula, di rumah Aksara, bukan hal baik, pikirnya.
“Kamu ingat kucing ini Nja? yang kita pungut waktu jalan-jaln ke kompleks sebelah, ini Aku rawat lho, kebetulan makanannya habis, kit acari sekalian ya,” ujar Aksara setelah mengambil seekor kucing berbulu putih Lebat.
“Hai manis, kakinya sudah sembuh kan? maaf ya aku jarang ke sini, tidak menyangka Kamu sudah segembul ini sekarang,” ujar Senja sambil megelus punggung sang kucing pelan.
“Sesa, Mama sama Papa pergi dahulu ya cari makanan buat kamu, Kamu jaga rumah ya, baik-baik ya di rumah,” ujar Aksara lalu meletakkan Nana sang kucing ke dalam kandangnya.
“Mama? Papa? Sesa? Kamu sungguh berlebihan Ra.” Ujar Senja terkekeh.
“Aku tahu Nja, kita tidak mungkin bersama, tetapi Aku rasa hari ini, kesempatan kita.” Ujar Aksara sedih, sedang Senja berusaha tidak ikut larut dalam suasana itu lalu bergegas keluar pagar.
Baru Lima menit mereka berjalan keluar, hujan turun dengan derasnya, seakan mengatakan, kembalilah kalian ke rumah, baju keduanya basah terkena guyuran air hujan.
“splash” goda Senja mncipratkan air hujan pada Aksara, lalu mereka bermain hujan.
“Hatchhim” Aksara bersin.
“Duh, Kamu ini ayo pulang, nanti kamu demam Aku yang repot,” ajak Senja.
Sesampainya di dalam rumah melihat seragam Senja yang basah kuyup terkena hujan “ini kamu keringin baju Sya, ganti pakai ini dahulu, masuk angin nanti,” ujar Ananta seraya menyerahkan kaus putih  celana kolornya.
“Makasi, Aku ganti dahulu ya,” ujar Senja berlalu pergi.
Setelah Aksara juga berganti baju duduk di ruang tv sembari menunggu Senja, sedang Senja masih asyik dengan galauannya.
“Duh pakai tidak ya, tetapi kalau tidak, nanti aku masuk angin, ganti saja deh.” Gumam Senja lalu berganti baju dan menyusul ke ruang televisi
“Ra, Kamu makan apa sepertinya enak?” tanya Senja.
“Eh, ini jeruk, kamu mau?” tanya Aksara sambil mengenggam sepotong jeruk.
“Mmm, enggak, masih kenyang aku, ngantuk sekali pula, Aku rebahan disitu ya, kamu di lantai aja,” ujar Senja lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa Panjang ruang tv sambil memasang headset di telinganya kemudian memejamkan mata.
“Buka mulutmu, ini manis Nja,” ujar Ananta dengan jeruk dimulutnya, namun Senja tidak mengetahui hal itu, Dia hanya menurut membuka mulutnya, lalu bibir mereka saling bersentuhan, tubuh mereka saling bergesek satu sama lain, mereka dalam posisi itu pada waktu yang cukup lama, sampai jeruk di mulut mereka habis tak bersisa, kemudian saling melumat ranum bibir mereka satu sama lain, waktu seakan berhenti berputar, degup jantung mereka  satu sama lain saling beradu kala itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ukiran Aksara SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang