"Apa kamu masih ingin hidup?"
Untuk apa?
Aku tak bisa merasakan apa-apa lagi. Seluruh sudut di tubuhku terasa kaku, bahkan tidak terasa sama sekali.
"Apa kamu tidak punya sesuatu yang masih harus kamu selesaikan?"
Sesuatu?
Aku tidak tahu. Otak ku tidak sanggup berpikir lagi. Aku tak tahu, aku tak mau berpikir lagi.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu diberikan kesempatan sekali lagi? Kamu bisa tetap hidup, hanya saja, ada syaratnya."
Syarat ...?
Apapun itu, aku tidak peduli lagi.
Tapi ... sebelum mati, aku ingin menemui seseorang.
Hanya itu yang aku inginkan.
***
"Akane!"
Gadis itu membuka matanya perlahan dan menyadari ada seseorang di hadapannya. Dia adalah laki-laki berambut coklat dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Dia bisa merasakan kehangatan dari genggaman tangan laki-laki itu pada tangannya, dia mulai merasa bisa bernafas kembali. Ujung-ujung jarinya mulai terasa dan dapat digerakkan meskipun cuma gerakan kecil.
Dia masih hidup.
" ... Hisao?"
Suaranya terdengar parau dan sangat pelan, tapi laki-laki itu dapat mendengarnya, laki-laki tersebut terlihat terkejut, tapi dia segera bergeser dari samping tempat tidur gadis itu dengan kursi rodanya.
"Dokter! Akane sudah sadar!"
Segera saja setelahnya, seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan jas putih masuk ke ruangan tersebut bersama seorang wanita yang memakai seragam putih. Dari penampilan mereka, jelaslah kalau mereka adalah dokter dan perawat yang merawatnya. Perawat itu meminta laki-laki yang menemaninya tadi untuk keluar sementara dia diperiksa.
"Ini kejadian yang aneh," gumam dokter itu sambil meletakkan ujung stetoskopnya di atas dada gadis itu, "baik aku maupun dokter lain sudah memastikan kalau detak jantungmu benar-benar berhenti. Tapi sekarang mendadak kau bangun, apa yang terjadi, Nona?"
Gadis itu menatap si perawat yang mendampingi dokter itu memeriksa kondisinya. Dia sendiri tidak tahu. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya, dan dia bahkan terlalu lemah untuk bisa mengatakan satu atau dua patah kata.
Setelah beberapa menit memeriksa kondisinya, dokter tersebut mengangguk kecil, "Kondisimu sekarang sudah cukup stabil, Nona. Istirahatlah, kalau ada apa-apa, kau bisa memanggil perawat di luar," dia tersenyum kecil, "anak tadi sangat mengkhawatirkanmu, lho. Mungkin sekarang dia sedang menangis bahagia melihatmu sadar kembali."
Gadis itu hanya dapat berkedip mendengar dokter itu membicarakan laki-laki yang tadi menemaninya. Mengingat itu membuat wajahnya terasa agak panas dan mungkin memerah.
"Baiklah, aku akan memeriksamu lagi nanti malam, istirahatlah, Nona Yoshioka."
Dokter dan perawat itu pun keluar dari ruangan, meninggalkan gadis tersebut sendirian. Dia menghela nafas panjang, dia merasa ada yang aneh pada dirinya, tapi dia tak mengerti keanehan apa itu.
Gadis itu mencoba duduk, meskipun badannya terasa berat seperti besi, dan dia menatap ke arah jendela. Matanya membelalak saat menyadari apa yang 'terjadi' pada dirinya. Matanya yang seharusnya berwarna abu-abu, kini berganti warna meskipun hanya pada mata kirinya.
Warna matanya ... entah sejak kapan , menjadi merah. []