Episode I

0 1 0
                                    

Sudah semestinya tahun ke-2 masa sekolah gue diharuskan menjadi kakak kelas juga dalam organisasi akan jadi pelaksana setiap acara yang di adakan sekolah.

Kalian 'dah tahu 'kan gue? orang yang imut, manis, serta merta hidung sedikit pesek karena kebanyakan mancung, mata sedikit belo, ya karena kebanyakan sipit. Iya, gue Lesia Prananda, orang-orang kerap panggil gue Cia, Lesi, Eci, manis, cantik, imut, mmm,,, apalagi, ya!? pokoknya itu.

Gue 'tuh ikut ekskul Praja Muda Karana (PRAMUKA) sebagai isi waktu luang gue, aja! eh tahunya gue dipilih jadi krani acara kemah terpadu, sekertarisnya itu lho!

Gue enggak tahu sih, kenapa gue dipilih jadi krani, perasaan skill gue enggak terlalu hebat, tapi mungkin karena yang lain lebih kurang dari gue. Eh, maaf bukan sombong, hanya memastikan lewat fakta, oke!

Dan sialannya lagi, sebulan yang lalu rapat semua organisasi, terus pemilihan struktur nih, struktur acara Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) nih parahnya kenapa gue yang harus jadi sekretarisnya!? Kenapa bukan dari organisasi yang lain?

Si Arian sialan, teman laknat emang, dia tuh biang kerok terpilihnya gue jadi sekretaris. Menyebalkan! Ingin ku berkata HALUS.

Arian 'tuh tetangga gue, teman masa kecil gue, orang paling nyebelin, teman terlucknut, teman sinting, teman gilaaaa, teman setaaaan emang!

Eh, kalau teman setan ... gue kan temannya, mana mungkin sih, gue yang cantik gini disamain sama setan? Nggak etis banget, asli.

Jadi, otomatis dong! selama kegiatan acara, gue dan Albar berdampingan tuh, maksudnya ketua dan sekertaris sulit untuk di pisahkan.

Semoga saja tidak terjadi apapun selama itu, asli! Bayangin nya aja sudah muak, apalagi jika beneran iya! OMG, nggak boleh-enggak boleh.

Menyebalkannya dia 'tuh, sama sekali sulit diajak komunikasi, ketua osis apa-apaan tuh, sulit banget diajak omong! dasar jadi-jadian.

Padahal gue pengin banget lihat adik-adik yang ganteng, eh tahunya si Albar menyebalkan itu memberikan lima tumpuk berkas untuk diisi, ditanda tangani dan direvisi.

Lima tumpuk, bayangin! Satu tumpuknya aja hampir sepuluh berkas! Bisa-bisa mati, gue!

Yah, gue belum kawin, jangan dulu mati karena strees, maksimal gila sedetik ajah, nggak apa-apa kok, gue!

Eh, kalau gue gila, dia bakal tanggung jawab enggak 'tuh!?

Gue bosan, sangat bosan. Tiap hari disuguhkan makanan paling memuakan, hanya kertas-kertas yang jadi pendamping gue tiap detiknya.

Jalan-jalan sedikit enggak apa-apa kali, ya?refreshing otak sama mata, kali-kali doang, xixi.

Gue keluar dari ruangan yang cukup bikin sesak nafas orang yang asma kambuh, itu. Kali-kali dapat adik kelas yang cakep, siapa tahu nempel 'kan? Haha.

Eh, kok adik-adik ganteng nan lucu itu di bentak-bentak!? 'kan kasihan, coba liat 'tuh ... tapi, gemes muka imutnya terpampang jelas. Harusnya kalian 'tuh enggak usah takut, sama macem Albar doang.

Bukan tenang yang gue dapat, tahunya strees berkali-kali lipat yang gue rasa. Kasihan banget dik-adik gue di bentak-bentak nggak jelas gitu! mereka 'kan masih polos dan enggak tahu apa-apa soal yang di bahas, kenapa harus di teriak-teriaki, sih!?

*

"Wooy, kalau saya ngomong 'tuh pasang kupingnya yang bener, jangan jadi pajangan doang!" teriak Albar, saat dirinya tahu banyak yang ngobrol di belakang.

Sontak semua diam, semuanya melihat aura mencekam yang dikeluarkan Albar setelahnya. Padahal Albar hanya teriak, dan itu tidak sampai mengeluarkan tenaga ekstra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AllesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang