Jam

34 2 1
                                    

Suaranya menggema memenuhi satu ruangan. Berirama namun monoton. Sederhana namun efeknya besar bagi hidupku. Aku lupa kapan, tapi benda itu mulai menjadi tiket untuk menuju dunia tanpa akhir. Dunia tanpa ujung yang penuh fantasi. Alam mimpi, itu dia. Biasanya dengan kopi atau teh ditanganku, duduk bersila didepan jam besar. Unik bentuknya dan mahal harganya. . Indah dan menenangkan. Bersender rapi di pojok ruangan. Cuma untuk mengingatkanku akan hidup yang tak abadi namun harus dinikmati.

Saat jemu duduk di depan komputer, jam itulah alternative kedua.  Perlahan menghanyutkan. Kadang aku berfantasi, kadang aku kembali lagi. Yang sekarang akan berubah menjadi tadi. Dan tadi akan berubah menjadi kemarin. Lalu terus ditelan waktu hingga akhirnya menjadi dulu. Dan dulu juga akan terus berubah hingga menjadi sejarah. Kandas dari memori tapi tetap berbekas dihati beberapa orang. Berarti, tetapi tidak mudah dimengerti. Tetapi yang kemarin tidak mungkin kembali menjadi hari ini, dan hari ini tidak mungkin berubah menjadi besok. Luas tapi terbatas.

 Sebenarnya belajar belum tentu sekolah. Tertawa belum tentu senang. Menangis belum tentu sedih. Diam belum tentu berpikir. kasar belum tentu marah. Semuanya belum pasti. Yang bisa dilakukan hanyalah menebak dengan cara melihat yang kemarin. Benar atau salah, tergantung amal dan ibadah. Banyak yang bisa dilihat dari sebuah jam. Satu benda seribu makna. Menunjukan nanti tetapi sekaligus tadi. Lambang perjalanan waktu yang panjang dan masih akan terus berjalan hingga Tuhan berkehendak.   


JamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang