Semua Bermula

16 8 1
                                    

Senja menutup pintu mobil dengan debuman keras. Tatapan angkuh dengan postur yang tidak boleh disentuh oleh siapapun terpasang alami dalam dirinya. Bukan tanpa sebab dia menumbuhkan sifat sombong, karena Senja terlalu lama dipuji dan di sanjung oleh setiap orang yang bertemu dengannya.

Kehidupan di rumah, disekolah dan dilingkungan pertemanan tak pernah ada yang berani untuk memberi cacian sedikitpun pada Senja karena bagi mereka Senja adalah orang tanpa celah sedikitpun.

Keluarga kaya, prestasi yang membanggakan dan sifat royal Senja pada teman teman sekelilingnya. Membuat kesempurnaan hidup terbentuk.

Senja berjalan di sepanjang lorong dengan tatapan lurus kedepan tanpa menghiraukan tatapan dari sekian banyak murid yang ingin dekat dengannya entah sebagai teman atau pasangan. Sampai di depan kelas Senja di tahan oleh dua siswa dengan tatapan yang penuh senyuman bahagia

"Neta nanti malem kita mau ada party bareng temen temen yang lain mau join nggak? " Tanya Sera salah satu yang dikenal sebagai teman dekat Senja Alneta. Senja tak pernah suka seseorang memangil nama depannya dia lebih suka dipanggil Neta karena nama senja terdengar sangat aneh ditelinganya.

"Boleh gimana kalo party dirumah gue aja. Bokap nyokap ada urusan keluar kota. Kakak gue semua lagi banyak urusan di kantor jadi jarang pulang kerumah. Jadi dijamin aman buat party. " Kata Senja mengajak. Bukan tanpa maksud Senja mengajak mereka untuk party di rumahnya. Karena dia ingin memamerkan mobil keluaran terbaru yang baru saja di beli oleh orang tuanya.

"Boleh banget tuh jadi low budget kan soalnya kalo ke cafe otomatis perlu biaya ekstra. Kalo dirumah lo kan gue tinggal siap badan doang buat dateng." Kata Jessi teman Senja lainnya.

"Gue paham banget sama lo yang pelit. " Kata Senja ketus.

"Kan kita beda sama lo Net, lo terlahir kaya kita terlahir dibawah lo. Kalau mau buat seneng seneng otomatis bokap nyokap gue bakal banyak ujiannya sampai bisa di setujuin." Jawab Jessi dengan wajah dibuat sedih.

"Udah gak usah pikir masalah apapun, tinggal lo undang siapa aja yang pantes diundang gue gak mau orang orang yang seharusnya gak gabung malah ikut gabung bikin huru hara gak jelas nantinya." Kata Senja seraya berjalan berlalu memasuki kelas.

Jessi dan Sera berlari kecil dibelakang Senja untuk masuk ke kelas. Dan memulai aksinya untuk mengundang teman teman yang biasa tergabung untuk mengikuti party.

"Hai Neta, boleh duduk nggak." Tanya Niel yang terkenal getol untuk mendekati Senja.

"Gak perlu gue gak mau diganggu buat hari ini. Kalo lo mau ikut gabung party gak usah ngerayu gue disini tinggal bilang ke Jessi. Gue lagi males buat ngeladenin gombalan dari lo." Senja tak sekalipun menatap Niel dan menganggapnya serius karena bagi Senja Niel masih jauh dari kriteriannya.

Niel yang mendengar Senja berkata dingin padanya hanya bisa mengepalkan erat tangannya sampai buku buku jarinya memutih. Niel sudah terbiasa menerima penolakan Senja setiap hari hanya saja perkataan Senja semakin hari semakin sombong dan menganggap rendah harga dirinya.

Niel berjalan kearah Jessi dan Sera yang sedang berkata dengan nada angkuh karena mendapat pujian dari banyak siswa yang lain karena kedekatannya dengan Senja.

"Gue join party." Kata Niel dengan dingin.

Jessi mendengar suara Niel langsung menatap wajah Niel yang membuat jantungnya berdegup kencang. Jessi tak pernah memungkiri jika dari awal melihat Niel dia sudah membuat status dihatinya jika dia sangat menyukai Niel dari gaya dan wajahnya membuat Jessi sulit untuk menolak pesona Niel. Walaupun Jessi sudah tau jika Niel hanya menyukai Senja.

"L... Lo mau join boleh kok." Jawab Jessi dengan gugup.

Sera yang melihat tatapan memuja Jessi pada Niel hanya menghela napas karena sudah berulang kali Jessi diperingatkan untuk tidak menaruh harapan pada Niel.

"Kapan acara diadain? " Kata Niel menanyakan pengadaan acara party yang di sebutkan Senja tadi.

" Nanti jam 10 malem dirumah Neta. " Jawab Jessi dengan semangat. Ada harapan lebih untuk Jessi dekat dengan Niel nanti malem karena pastinya senja enggan untuk di dekati Niel.

"Ok." Niel menjawab seraya berlalu untuk duduk di bangku miliknya.

Niel menatap punggung Senja yang membelakanginya. Tatapan keinginan untuk memiliki Senja sangat jelas terpancar. Bagi Niel kedekatan dirinya dengan Senja adalah sebuah berkah untuknya. Entah kesenangan menikmati harta milik orang tua Senja ataupun untuk kelangsungan perusahaan kedua orang tuanya.

"Lo bakal jadi milik gue cepat atau lambat." Ambisi Niel tak bisa untuk di goyahkan

Jam sekolah berlalu dengan cepat siswa SMA Tunas Bangsa berlalu lalang meninggalkan halaman sekolah.

Senja pulang lebih awal kali ini karena bersiap untuk party nanti malam.

"Mamih sama Papih tumben nggak kasih kabar, biasanya udah dari pagi kasih kabar? " Tanya Senja pada dirinya sendiri.

"Gue khawatir kalo mamih sama papih ada kejadian buruk." Pikir Senja takut.

Senja langsung menepis pikiran buruknya karena tak ingin dibebani dengan pikiran seperti itu. Senja meyakinkan dirinya sendiri untuk memberi perasaan rileks pada dirinya.
"Cuma pikiran jelek gue aja mungkin papih sama mamih sibuk sama urusan kantor."

Tak ingin memakan waktu banyak sesampainnya dirumah Senja langsung menyuruh pembantu dirumahnya untuk mengikuti semua arahan yang Senja arahkan.

"No Jony saya mau semua warna gold and Silver. Biar menunjukkan kesan mewah rumah ini." Kata Senja menolak untuk pemberian warna pink di partnya kali ini.

"Baik nona akan saya siapkan sesuai dengan permintaan nona Neta." Jawab Jony dengan patuh.

Senja Alneta memantau semua persiapan sampai waktu senja tiba. Merasa puas dengan tampilan pesta yang dia inginkan Senja berjalan ke lantai dua dan masuk ke kamar miliknya. Senja harus mempersiapkan baju yang cocok untuk party nanti malam.

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, jarum jam sudah berada tepat di angka sepuluh menunjukkan teman temannya akan segera datang. Senja yang sudah siap dengan semuanya turun kebawah menunggu semua orang yang ikut party dirumahnya.

"Hai Neta." Sapa setiap orang yang melihat Senja dibalas dengan senyuman yang tidak mencapai bawah matanya.

"Neta." Teriak Jessi dan Sera bersamaan. Keduanya terlihat sangat dewasa dengan pakaian minim dan rambut yang ditata sembarangan. Diusia Senja penampilan remaja dianggap sangat tertinggal karena pergaulan yang bebas Senja dan teman temannya lebih berpenampilan dewasa.

Party berlangsung bahagia, tawa dan bau alkohol tercium dari taman belakang rumah Senja. Hari ini tanpa Senja tahu dibalik kebahagiannya dan kehidupan sempurnanya akan berubah total esok. Karena semua tak akan tercemin lagi dan tapak kesedihan baru akan dimulai.

Masih Ada Cerita di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang