22

449 60 6
                                        

Reyjin yang sudah membawa obat obatan langsung berjalan menuju lift untuk kembali ke rawat inap.

"Ngantri banget sih lift nya, padahal kan lagi buru buru gue" gerutu reyjin, kemudian melihat ke arah tangga.

"Udahlah lewat tangga aja, yang penting cepet sampe" Kata reyjin dan pergi kearah tangga.

Menurut reyjin, lewat tangga adalah pilihan yang tepat agar bisa sampai tujuan dengan cepat

Reyjin berjalan ke arah tangga dan naik tangga seperti ucapan nya menuju lantai tiga. Dia terus berjalan menaiki anak tangga sampai berhasil melewati satu lantai

"Huft ~ hah ~ hah ~ hah ~ capek"

Reyjin mengatur nafas nya yang terasa sesak.

"Aduh masih dua lantai lagi" lanjut reyjin di sela nafas yang sesak.

Beruntung lift di lantai dua tidak antri seperti lantai satu, jadi reyjin bisa naik lift menuju lantai tiga.

"Jin" panggil jemmy saat melihat reyjin berjalan masuk lift.

Reyjin tidak menjawab karena langsung buru buru masuk.

"Lo abis ngapain? Kok keringetan gini? nafas juga bengek lo" tanya jemmy pada reyjin yang sudah berdiri di samping nya.

"Naik tangga" jawab reyjin dengan nafas yang masih terengah.

"Naek tangga? Lo gila ya jin, udah tau jantung lo lemah masih aja naek tangga" omel jemmy karena khawatir.

"Sesak nafas kan lo? Muka lo sampe pucet gitu. Lo tuh ~ "- jemmy.

"Gue nggak papa, santai aja"

Sela reyjin dan mengatur nafas nya untuk mengurangi sesak.

"Gue duluan ya"

Reyjin langsung keluar begitu lift terbuka.

"Hati-hati lo" kata jemmy sebelum lift kembali menutup.

Reyjin berjalan menghampiri perawat yang sedang sibuk mengecek jadwal pemberian obat.

"Kak ini obat nya" kata reyjin dan meletakan obat nya di atas meja.

"Iya dek, makasih ya" sahut perawat dan reyjin mengangguk sebagai jawaban.

"Ada yang bisa saya kerjain lagi kak?" tanya reyjin.

"Ada, habis ini tolong bagikan obat sebelum makan ke pasien ya!" jawab perawat sambil menata obat di tempat khusus obat.

"Iya kak, siap" jawab  reyjin, kemudian mengambil obat yang harus dia bagikan.

Reyjin walaupun lemot dalam berfikir, tapi dia termasuk anak yang rajin dan cekatan dalam bekerja. Dia membagikan obat ke setiap kamar dengan teliti agar obat tidak tertukar dengan pasien lain.

"Tinggal satu ruangan lagi, selesai deh" kata reyjin dan berjalan ke ruangan paling ujung.

Degh

Degh

Degh

Detak jantung reyjin berdetak cepat, begitupun dengan nafas nya yang semakin sesak dia rasakan, pandangan nya memburam sampai dia harus memejamkan mata nya untuk beberapa saat.

"Kenapa lo?" tanya kenzie yang baru selesai mengganti cairan infus di ruang ujung.

"Nggak papa" jawab reyjin dengan wajah dan bibir yang terlihat pucat, keringat juga terlihat di wajah nya.

"Kambuh lo ya?" panik kenzie sambil memegang lengan reyjin.

"Enggak" jawab reyjin dan menepis tangan kenzie, kemudian berjalan ke ruangan ujung untuk memberikan obat.

Mahasiswa Perawat Ganteng (Mapeteng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang