1

2.8K 146 16
                                    

Cakaran.

Satu cakaran besar ada di pintunya.

Juongguk menelisik pintu yang terluka. Itu bukan cakaran hewan buas. Sama sekali bukan.

Cakaran itu lahir dari goresan pisau.

I want you.

Di bawah cakaran itu ada deretan aksara yang membuat Juongguk mengerutkan dahinya.

Password dimasukan dengan jari bergetar.

Ceklek.

Pintu yang terluka itu membuka dirinya.

Gelap.

Ini apartemennya, tapi Juongguk seperti masuk ke rumah hantu.

Jari-jari lentik hendak menekan saklar lampu. Namun tidak ada tanda-tanda kehidupan pada lampu apartemennya. Aneh. Padahal di lorong, lampu baik-baik saja.

"Hnggkhh!"

Brug.

Kegelapan itu membuat Juongguk tidak dapat menganalisis wajah lelaki yang ada di atasnya. Nihil, walaupun lampu hidup sekalipun, dia tidak akan bisa mengindentifikasi who is that. Wajah lelaki itu dipeluk oleh masker.

"LEPASKAN AKU!"

Sedetik kemudian Juongguk membisu ketika pria yang menindih tubuhnya memperlihatkan sebuah benda tajam bermata dua yang kapan saja bisa merobek-menyapa daging segarnya.

Mata bulatnya berkedip tiga kali dengan cepat.

Glup.

Pria itu menarik dasi yang dipakai Juongguk. Menggunakan benda itu untuk menutup mata cantik Juongguk.

-"Mmhh"

Serangan pada bibir. Dicium. Tubuh Juongguk bergetar ketika bilah bibirnya disapu.

Hendak melawan, namun Juongguk masih sayang nyawa mengingat pria bar-bar di atasnya membawa pisau bermata dua.

"Mnggh..."

Berjengit dilakukan Juongguk kala dagunya diapit diantara jempol dan telunjuk kasar lelaki asing itu.

Saliva menetes pada sudut bibirnya yang menjerit kebas.

DOR!

DOR!

"Akh!"

"BR*NGS*K!"

Teriakan menggelegar dari arah pintu. Dibarengi dengan teriakan peluru yang berlari kencang ke arah pria misterius,

-menjadi penyebab robeknya daging pada lengannya pria misterius itu.

Sedangkan, Juongguk terduduk lemas di atas sofa. Jantungnya berdetak lebih cepat dari jam dinding yang sedari tadi menjadi musik latar.

Dan masih terdengar suara teriakan kekasihnya yang sedang mengejar pria misterius mesum itu.

.
.
.

"Juongguk? Aku mencintaimu..."

Suara berat yang mengalun di rungunya membuat Juongguk menoleh. Namun gelap memeluk.

"Juongguk sayang...."

Suara berat, mengalun lembut. Ada tangan yang sedang mengelus pipinya. Namun Juongguk tidak bisa melihat siapa lelaki dalam gelap itu.

Memejamkan matanya dilakukan oleh Juongguk ketika elusan itu terasa lembut dan nyaman pada kulit pipinya.

"Juongguk, jangan tinggalkan aku...."

THE EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang