Terima kasih Bumi

77 11 8
                                    

(Sorry kalau nemu typo)
Tinggalin jejak kamu yaa,,,













“Aku minta maaf kalau kata-kataku nyinggung perasaan kamu, aku minta maaf.” Kata Gianaada akhirnya karna dia capek diam aja dari mereka datang gak ada yang mau mulai duluan.

“Aku minta maaf.”

“Kamu gak perlu minta maaf, harusnya aku yang minta maaf selalu ngecewain kamu.” Ucap Bumi sama sekali gak lihat ke arah Giana.

“Gak, aku gakpapa.”

“Untuk maksud kamu kemarin maaf aku harus perlu mikir dulu.”

“Aku tahu, tapi ini kurang ya Bumi? Kamu diam seminggu lebih dan untuk kita bisa duduk berdua kayak gini harus aku yang ngalah.” Giana gak bisa nahan diri lagi, harus hari ini dia
selesaiin semuanya kalau gak, Selamat dia gak akan bisa tidur terus-terusan karna otaknya selalu mikir mau di bawa kemana hubungan ini.

Bumi menghembuskan nafas berat. “Aku kemarin pulang ke rumah terus tanya ke Eyang, aku cerita semuanya soal kita. Soal kamu dan keluargamu dan soal aku dengan pekerjaanku yang sekarang, kamu tahukan Jia kalau semua keluargaku sayang sama kamu, begitu juga kata eyangku, dia sayang
dan setuju kalau aku sama kamu, tinggal keputusan semua ada di aku.” Giana yang dengar lihat ke Bumi.

“Maksud kamu aku dan keluargaku?”

“Kamu tahukan kakakku, dia udah berkeluarga. Yang harusnya dia tetap bisa bantu adik-adiknya tapi malah aku dan adik yang sering bantu dia, kamu anak pertama Jia dan adik-adikmu masih kecil dan masih butuh bantuan kamu. Kalau kamu sama aku, aku gak yakin aku bisa bantu, aku takut berakhir kayak kakak yang gak bisa bantu adik-adiknya.” Kata Bumi sendu,

“Kenapa kamu jadiin Kakakmu jadi rasa takutmu yang baru? Harusnya dengan cerita itu kamu bisa termotivasi untuk maju ke depan, aku sama kamu terus ayok kita berjuang sama-sama.” Kata Giana sudah mulai berkaca-kaca.

“Katamu kamu serius sama aku, ayok aku temani kamu. Kita berjuang sama-sama, kamu masih seriuskan sama aku?” Tanya Giana.

“Tergantung.” Giana yang tadinya udah mau nangis jadi pengen tertawa, apa maksudnya tergantung?.

“Maksudmu gimana?”

“Tergantung kamu bisa gak terima aku sama pekerjaanku yang sekarang.”

“Bumi kamu yakin untuk 2 3 tahun yang kamu bilang waktunya cukup untuk kita lebih serius kamu
masih sama pekerjaanmu yang sekarang?"

“Aku masih nyaman dikerjaanku yang sekarang.” Giana gak habis pikir dia sampai kehilangan kata-kata.

“Kamu harusnya sama laki-laki yang lebih mapan Jia, yang nanti bisa bantu adik-adikmu. Yang bisa kasih apa yang kamu mau.” Kata Bumi setelah mereka diam lagi,

“Maksud kamu apasih? Selama setahun ini ada ya aku gak terima kamu apa adanya? Ada ya aku kesel sama kamu karna aku minta sesuatu kamu gak bisa turutin, ada lah aku minta kamu beliin apa yang aku mau? Gak kan?.” Bumi jadi sadar juga, Giana gak pernah minta apapun, gak pernah. Minta waktu Bumi aja gak, Giana ngerti kok gimana kondisi Bumi dan Giana juga sibuk kerja.

“Sekarang gini aja, aku gak mau muter-muter lagi. Dan mau juga malam ini harus bisa tidur cepet aku capek begadang mikirin kamu, mikirin masa depan, mikirin hal yang bikin kepalaku mau meledak. Sekarang terserah kamu Bumi, lanjut juga ayok aku tunggu kamu aku siap bareng sama kamu terus, kalau kamu mau selesai semoga aku ikhlas dan aku berdoa kamu bisa dapat perempuan yang bisa lebih nerima kamu seapa-adanya aku.” Kata Giana terisak, gak ada jawaban dari bumi.

Januari (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang