"Seana, nanti pulang sekolah kumpul" ujar salah satu teman seorganisasi Seana. Seana tersenyum mengiyakan. Setelahnya Seana berdiri dari bangku, keluar kelas untuk ke kantin. Seana lapar.Seana manarik nafas lelah dalam langkahnya, tidak bisakah Seana di izinkan beristirahat dari urusan OSIS sekali saja. Dulu, saat Seana pertama kali masuk ke organisasi itu, Seana fikir kegiatan organisasi hanya akan menyita waktunya yang luang. Bisa dibilang untuk mengisi ke gabutan. Nyatanya tidak, Seana selalu disibukan dengan kegiatan organisasi. Padahal Seana bukanlah anggota inti organisasi, tugasnya hanya sebagai humas yang saat ada event tidak memikirkan proposal dan lain lain. Seana hanya akan berbaur dengan masyarakat dan menyalurkan surat dari tangan satu ketangan lainya sebagai tujuan, sehingga event berjalan lancar. Namun, event yang dilakukan sekolah terlalu banyak di tahun angkatan Seana. Selalu saja ada rapat dan lain lain, ditambah lagi kegiatan kekeluargaan OSIS sendiri. Seana lelah sebetulnya.
"Oee, Laut!" sapa Kirana menepuk pundak Seana dari belakang.
Kirana adalah teman organisasi sekaligus teman satu kelas Seana di kelas 12 ini. Kirana adalah anak yang sangat pintar dan punya banyak prestasi. Kedudukannya di OSIS juga sebagai sekertaris. Lumayan berat. Seana lihat, Kirana fine fine saja menjalani semua itu. Jadi, Seana harus mencontohnya. Seana tidak boleh mengeluh.
"Ngagetin anjir, lama banget ditoilet" ucap Seana menoleh, lalu melepaskan tangan Kirana yang berada dipundaknya.
"Hehe, Ngantri Seaa. Ayo cabut!" jawab Kirana merangkul pundak Seana.
Sebenarnya, Seana kurang nyaman. Seana takut ketika Seana merasa nyaman dan dekat dengan seorang teman, Seana akan merasakan kehilangan kembali ketika orang itu pergi. Seana tidak suka dengan rasa kehilangan. Maka sebab itu Seana selalu menjaga jarak dengan orang orang yang berusaha berteman akrab dengannya sebelum benar benar akrab. Namun, untuk menjauh dari Kirana sepertinya tidak bisa. Kirana itu bebal, selalu membuntuti kemanapun Seana pergi.
"Tangan lo berat Kir, jauhin dari pundak gue" ucap Seana melepaskan rangkulan tangan Kirana dari pundaknya.
"Ngejek lo, Laut?!"
"Jelas"
Terjadilah kejar kejaran diantara keduanya. Seana dan Kirana memang terkenal seperti itu, selalu ceria, kadang galak, badas juga iya, pembawaannya yang berwibawa ketika menyelesaikan sesuatu, dan kecantikan keduanya yang selalu menjadi sorotan tentunya. Perfect girl, kaum adam bilang.
Saat sampai dikantin, Kantin ramai dipenuhi dengan ratusan siswa. Seana dan Kirana bingung akan mendudukan diri dimana, pasalnya semua meja penuh. Akhirnya mereka memutuskan untuk satu meja dengan 7 kurcaci dibagian pojok kantin.
Semua ini karena Kirana menerima tawaran Surya dan menyeretnya untuk satu meja dengan 7 kurcaci itu. Jujur saja, Seana enggan sekali menuruti kemauan Kirana satu ini. Tolong. Beberapa Minggu yang lalu, Seana membentak Devon untuk tidak muncul dihadapanya tapi, mereka satu sekolah. Kenyataan Seana harus selalu bertemu dengan Devon setiap hari sepertinya harus diterimanya. Seana hanya cukup diam dan tidak mengaggap Devon ada. Sekali lagi, Itu udah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lost Story
Teen FictionDemi apapun Sea membenci Devon. Karena Devon, Silurnya hilang. Karena Devon, Sea kehilangan Silur. Tidak ada alasan lain. Jikapun ada, Sea membenci Devon karena Silur, sahabatnya lebih percaya Devon dari pada dirinya. Devon sama sedihnya seperti Se...