Pertemuanku dengannya

899 126 5
                                    

"Ah, hujan." Pria tinggi berbadan besar yang menyadari rintik hujan semakin banyak pun akhirnya mencari tempat untuk berteduh.

Ia berteduh di supermarket, membeli kopi hangat dan duduk diluar supermarket tersebut.

Pakaian nya sedikit basah karena terkena hujan, pria itu menghiraukan pakaiannya yang basah dan hanya menatap ke arah langit gelap diikuti hujan yang semakin deras.

Kilat menyambar membuat pria itu sadar dari lamunannya. Pria itu melihat seseorang memakai coat putih turun di halte bus.

Setelahnya pria ramping yang sedikit tinggi berlari dari halte bus dan pergi masuk ke dalam supermarket. Bahkan lebih ramping dari wanita. Ia membeli kopi hangat juga dan mencari tempat yang nyaman untuk duduk.

Tadinya pria ramping itu ingin duduk di dalam supermarket, namun ia melihat pria yang memakai coat hitam duduk diluar seorang diri membuatnya ingin menghampirinya. Dan tanpa sadar ia benar-benar menghampirinya.

"Halo, apa saya boleh duduk disini?" Pria ramping itu memimpin percakapan.

Tidak ada tanggapan, "saya anggap itu boleh." Pria ramping itu duduk bersebrangan dengan pria ber-coat hitam.

"Apakah anda tidak kedinginan diluar? Mengapa tidak duduk didalam?" Namun masih tidak ada tanggapan darinya.

Karena tidak mendapat tanggapan bahkan pria ber-coat hitam itu tidak meliriknya sama sekali, ia memutuskan untuk diam. Apa aku tidak menarik? Aku tau aku jelek tapi bukankah ini keterlaluan? Ia bahkan belum melihatku.

"Maaf, apa saya mengganggu anda?" Ia bertanya untuk yang kesekian kalinya meskipun tau akan tidak ada tanggapan.

"Begitu ya, kalau beg--"

"Tidak."

Ya? Apa aku baru saja berkhayal? Sepertinya aku baru saja mendengar seseorang bicara.

"Apa anda bicara pada saya?"

"Ya."

"Yaampun, pria ini irit bicara ya."

"Begitu, anda darimana? Apakah sedang menunggu seseorang?"

"Tidak."

"Apa dia robot? Dia hanya menjawab Ya dan Tidak."

"Ingin berkenalan? Nama saya Kim Dokja, anda bisa memanggil saya Dokja."

"Tidak apa-apa kan kalau memberi tau nama asli? Lagipula kita tidak akan bertemu lagi."

"Yoo Jonghyuk, panggil saja Jonghyuk, dan tidak perlu pakai bahasa formal." Berbeda dengan yang tadi, kali ini Jonghyuk menatap nya.

"Salam kenal Jonghyuk."

Mereka mati topik. Keheningan menyelimuti mereka berdua, Dokja mengambil ponselnya dan membuka web untuk membaca novel, Dokja suka membaca novel, novel favorit nya adalah 'Tiga Cara Bertahan Hidup Di Dunia Yang Hancur' atau disingkat menjadi 'TCBHDH'.

Mendapat notifikasi novel tersebut sudah Update, ia segera membuka Chapter terbaru novelnya, lalu fokus membacanya.

"Ah... 'dia' kehilangan organ tubuhnya untuk menyelamatkan teman-teman dan dunia nya."

Sedangkan Jonghyuk melamun kembali melihat ke arah mobil berlalu lalang dijalanan yang basah akibat hujan.

"Tunggu sebentar... siapa nama pria itu tadi? Yoo Jonghyuk? Apa aku salah dengar?"

Saat Dokja mendongkak mata mereka saling bertemu, Jonghyuk sudah memperhatikan Dokja yang fokus pada ponselnya. Saat mereka bertatapan, mereka merasakan perasaan yang familiar.

"Sebenarnya siapa kau? Kenapa aku nyaman saat bersama denganmu? Padahal aku tidak suka pada orang asing." Itulah pikiran mereka saat bertatapan.

***

Hujan berhenti langit masih gelap karena sudah malam, mereka berbincang-bincang dengan nyaman melupakan perasaan familiar tadi.

"Ah, hujannya sudah berhenti. Aku harus pergi sekarang."

"Pergilah, terimakasih sudah menemaniku."

"Sama-sama." Dokja tersenyum kecil, bagaimana pria yang beberapa jam yang lalu sangat pendiam, sekarang banyak bicara, bahkan berterimakasih.

Dokja melangkah pergi ke tepi trotoar dan memanggil taksi untuk ia pulang.

Jonghyuk memperhatikan punggung Dokja sampai ia naik taksi dan menghilang dari pandangannya.

"Aku seperti mengenalnya." Gumam Jonghyuk.

Beberapa saat setelah Dokja pergi, Jonghyuk ikut pergi, pulang kerumahnya.

°Bersambung°

Every Meeting There Will Be A Farewell [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang