Hari ini matahari tidak terlalu terik malah terkesan mendung yang mungkin sebentar lagi akan menjatuhkan hujan, membuat kaki yang di balut oleh sepatu tinggi berwarna hitam itu melangkah dengan pasti. Melewati jalan setapak, sampailah gadis itu pada sebuah pusara yang terlihat begitu terawat. Menurunkan kacamata hitam nya, gadis itu mulai berjongkok dan mengulurkan tangan nya untuk mengusap nisan yang terdapat sebuah nama. Sebuah nama yang sangat dia rindukan.
"Halo," gadis itu memberikan salam sambil terus mengusap nisan, seakan-akan seseorang yang terbaring enam kaki di bawah nya dapat merasakan sentuhan itu.
"Maaf aku baru mengunjungi mu lagi hari ini. Kamu tau, aku berhasil mewujudkan mimpi yang begitu aku impikan dulu. Kamu ingat, kan, apa mimpi itu?" tertawa kecil seolah-olah mereka sedang berbicara secara langsung.
Lalu gadis itu terdiam, memperhatikan makam di hadapan nya membuat dia kembali mengingat beberapa hal yang sudah dirinya lalui hingga bisa sampai di titik ini. Titik yang dia bisa katakan sebagai titik bahagia dalam kehidupannya.
"Pengorbanan, keberanian, keikhlasan, dan juga cinta. Aku belajar banyak sekali tentang semua itu setelah melepaskan mu pergi untuk selamanya. Aku cukup berani bukan?" gadis itu mendongak keatas saat angin berhembus menerpa tubuhnya yang saat ini mengenakan dress berwarna hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan begitu sempurna.
Begitu saja, ingatan nya terlempar kembali di beberapa tahun yang lalu.
Gadis itu berdiri di ujung rooftop rumahnya memperhatikan orang-orang berlalu lalang yang juga mengenakan pakaian berwarna hitam sama seperti dirinya dengan tatapan datar yang sulit untuk di artikan.
Dari atas balkon kamarnya,
gadis itu bisa melihat dengan jelas bahwa kesedihan di rumah ini terasa begitu kental. Dia ingin menangis, namun tidak bisa. Tenggelam dalam kesedihannya sendirian, gadis itu meneriakan sebuah permohonan dari dalam hati nya."Hancurkan orang itu. Buat dia merasakan kehancuran yang jauh dari apa yang aku rasakan hari ini."
Permohonan yang saat itu hanya dijawab oleh desau angin. Hingga dia dapat merasakan hujan turun, namun sebuah payung yang melindungi dirinya membuat gadis itu tersadar dari lamunan nya tentang masalalu.
"Sudah waktunya kita untuk pulang, darling." suara yang begitu dalam membuat gadis itu tersenyum tipis.
"Aku akan berada disini lebih lama. Kamu bisa--"
"Come on, Nyonya Kim. Kamu bisa sakit jika terkena hujan."
"Aku tidak--"
Laki-laki itu mengulurkan tangan nya, "take my hand."
"Aku masih--"
"Amaryllis Senja Kim."
"Baiklah-baiklah. Biarkan aku menaburkan bunga dahulu baru kita akan pulang." lalu gadis itu mulai menaburkan bunga di pusara tersebut. Senyum nya kembali terbit saat dia meletakan satu tangkai bunga Amarillis tepat di depan batu nisan.
"Aku merindukan mu." mengusap sekali lagi batu nisan tersebut sebelum dia berdiri. Pandangan nya tidak terlepas dari makam hingga dia merasakan pelukan di pinggang nya.
"Aku tau kamu merindukan nya, kita bisa kembali lagi nanti." ucap laki-laki itu sembari menarik pinggang gadis yang masih terdiam menatap pusara untuk segera berjalan menjauh karena hujan semakin deras mengguyur bumi.
"Kamu tau seberapa besar aku merindukan dia, bukan?"
Laki-laki itu hanya mengangguk, lalu menjatuhkan satu kecupan di pelipis gadis itu sebelum mengusap rambut nya lalu kembali memeluk pinggang Senja dan membawa gadis itu menjauh meninggalkan makam.
~~~~
Noted; Para orang Yunani menyebut bunga ini Amarullis yang memiliki arti "kemegahan" atau "berkilau". Untuk pria amarilis berarti kuat dan percaya diri, bagi wanita memiliki arti kecantikan. Bunga ini memiliki bentuk seperti bintang dan terompet sehingga melambangkan kebanggaan.
Bunga Amarillis
To Be Continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionSenja tidak pernah mengira bahwa kehancuran yang dia alami akan membawa nya pada dua pilihan tersulit dalam hidup nya. Tapi Senja tidak bisa mundur, dendam nya masih membara, namun hatinya malah melembut membuat dia dilema dalam menentukan pilihan n...