Part 1 - Kepergian dan Kepastian

8 0 0
                                    

Akhir tahun 2021 kemaren aku balik Dari Jakarta ke Kota A. Dari Jakarta aku berpikir jauh ke sepanjang tahun 2022. Tentang plan aku kedepan mau apa, ngapain dan hubungan aku bagaimana. Sudah sejauh itu aku memikirkan karna aku butuh perencanaan, untuk masa depan dan karirku. By the way, aku bekerja di Jakarta. Dulunya aku kerja di kota A dan mendapat promosi sehingga dipindahkan ke Jakarta. Sebelum kepindahanku, aku membuat semacam perjanjian tidak tertulis dengan atasanku. Jika aku menikah, waktu itu pacarku "Hamran" bekerja di kota A, aku minta posisi kerja aku kembali ke kota A. Bos-ku ACC dengan permintaanku dan pindahlah aku kerja ke Jakarta. Awalnya aku berat hati untuk meninggalkan kota A, tetapi waktu itu Hamran mengatakan untuk pergi dan meraih karierku diusia muda. Karena akan sulit untuk itu jika aku sudah menikah nanti. Dia adalah lelaki yang selalu support kegiatan dan pekerjaan aku. Tempat aku biasa bercerita dan berkeluh kesah.

Aku dan Hamran dulu satu sekolah. kita sudah mengenal sangat lama. waktu itu aku kelas 1 SMA dan dia kelas 3 SMA. Kita sama sama anak OSIS. Hubungan kami selayaknya senior dan junior dan tidak ada yang istimewa. Dia lulus dan melanjutkan kuliah disalah satu Universitas di kota A. Silaturrahmi kami hanya sebatas berbalas DM instagram sesekali. Aku juga lulus dan melanjutkan pendidikan di univ yang sama dengan Hamran. Sesekali kami ketemu disuatu event. Lucunya posisi foto kami selalu bersebelahan atau minimal berdekatan. Jadi kadang kalau flashback suka gak nyangka aja kalau kami akan berpacaran seperti sekarang. Waktu itu SMA kami dulu melaksanakan sebuah event, dan sebagai alumni dia diminta menjadi penasehat  dan pengarah di event tersebut. Aku bisa dikatakan lumayan berpengalaman juga bila menyangkut event-event, dia sering sharing dan bertukar pikiran denganku. Saat itu aku sedang menyusun skripsi, karena merasa bosan dengan rutinitas didepan laptop, tumpukan buku-buku, perpustakaan, dan warnet, akhirnya aku memutuskan ikut join dalam pelaksanaan event itu atas ajakan dia. Kami sering pergi bareng, aku selalu di antar jemput olehnya. Singkat cerita, benih cinta itu dimulai dan beberapa bulan setelah event itu kamipun menjalin hubungan. Karena sudah diusia yang lumayan matang, kita berkomitment untuk menjalin hubungan yang serius. Hubungan kami berjalan seperti pasangan lainnya. Jarang ada komplik yang signifikan, hanya masalah masalah kecil dan sepele.

Sedikit review, beberapa kejadian selama hubungan kami berlangsung. Aku anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak aku gagal dalam hubungan percintaannya, dan itu juga membuat aku kecewa untuk melihat saudariku satu-satunya terluka. hubungan dia dan mantan tunangannya bisa dibilang baik baik saja, tidak ada masalah. Tapii dia selalu digantung tanpa kepastian sampai pada titik, dia-lelaki itu memutuskan pertunangan dengan kakakku. Kakakku sempet ngalamin yang patah hati dan kecewa banget. Dulu aku tidak tahu seberapa luka yang dia rasakan. Tiada kata yang bisa membuatnya senang, sampai pada masa dia bilang perlakukan dia seperti biasa aja. She is fine. aku sering minta kakak aku pindah saja ke kota A. Dia dan ortu kami tinggal di kota B, dan dia bekerja disana. tetapi dia selalu menolak tawaran aku. Dia sering konsul dengan dr. kejiwaan karena dia sudah mengalami sampai pada titik muak melihat lelaki dan jika ada lelaki yang mencoba mendekatinya, saat itu juga asam lambungnya naik dan menjadi mual. Aku tahu cerita ini juga terbilang baru, ketika dia sudah bisa melewati fase itu. Kakakku tidak terlalu banyak bercerita. Jadi, aku dan keluargaku hanya bisa mencoba memahami kesedihannya lewat rutinitas dia. Sesekali dia bercerita kepadaku. Orantuaku juga selalu menanyakan keadaan dia padaku. Aku sudah seperti penyambung lidah diantara mereka. Mungkin begitulah keluarga kami. Hadapi masalahmu sendiri, semampumu. Atau mungkin karena saat itu Bapak sedang sakit. Dan dia tidak ingin keluarganya khawatir. Kini, banyak yang mencoba menjodohkannya dengan dengan lelaki diluar sana. Tetapi dia masih sulit untuk membuka hati.

Ini adalah fase terberat dalam hidupku. Yaitu kehilangan sosok cinta pertama dalam hidup. Masa terberat yang tidak bisa aku lupakan. Dimana aku harus melepas lelaki yang amat sangat aku sayangi dengan lapang dada. Bapak sudah sakit 2 atau 3 th-an lamanya. Dia di vonis kanker kelenjar getah bening dan sudah menjalani 2 kali operasi, dan 3 siklus kemoterapi. Kalian bisa bayangkan gimana rasanya kemoterapi tiap 3 minggu sekali. Pada tahap ini baik pasien maupun keluraga harus kuat dan saling menyemangati. Sehingga aku dan kakakku terbiasa memendam masalah kami dan menyelesaikannya sendiri. Bapak aku sakit sejak aku kuliah. Saat bapak mulai sakit, ekonomi keluargaku sempat melemah. Tabungan habis. Jual tanah dan kebun. Hutang di Bank. Tapi, sekali lagi aku salut dengan heroku ini. Dia tetap bisa menafkahi keluarganya tanpa kekurangan sedikitpun. Aku bahkan tidak merasakan ada perbedaan sebelum dan sesudah dia sakit. Karena asupan jajan aku selalu terpenuhi. Disaat-saat mulai goyang, aku bersyukur aku mendapat pekerjaan. Minimal aku tidak menggantung hidup pada mereka lagi, dan sesekali aku bisa memberi mereka jatah bulanan. Kalian tahu, salah satu hal terindah yang pernah aku alami adalah, ketika aku bilang "bapak, adek udah punya uang sendiri. Bapak suka dagingkan, adek transfer bapak beli daging yang enak ya" lalu melihat senyum sumringah dari sudut bibirnya. Hal yang sangat aku rindukan tetapi tidak bisa aku dapatkan lagi.

Akankah menjadi kita?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang