Tempat sampah

11 6 6
                                    

"Ya ampun, siapa sih yang buang sampah di kolong meja, jorok banget!" gerutu seorang gadis, seraya mengintip sampah yang bersembunyi di balik meja kelas.

Dirinya kesal, siswa yang piket hari ini mendadak hilang, meninggalkan dirinya seorang diri, membersihkan kelas yang super kotor, Laras heran mengapa hampir semua murid di kelasnya selalu membuat kesal, entah perbuatannya maupun perkataannya selalu membuat emosi. Hanya beberapa murid saja yang bersikap kalem tidak bar-bar seperti cacing kepanasan.

Menatap tong sampah nyalang, tempat sampah itu sudah dipenuhi segala macam plastik jajanan, terpaksa Laras menepikan sampah dari dalam kelasnya ke pojok pintu, tak mungkin juga ia memaksakan untuk memasukannya ke tong sampah, ia harus membuang sampah itu ke halaman belakang sekolah, Laras memilih mengepel lantai dahulu, lagipula membuang sampah itu tugas cowok, sudah pasti Laras terpaksa melakukannya.

"Nyapu, nyapu sendiri, ngepel, ngepel sendiri, buang sampah sendiri, semuanya sendiri, aaakhh, dasar kecoa ngagetin aja, ngebantuin nggak lo, bikin jantungan." Dengan menggebu-gebu Laras mencoba memukul kecoa itu dengan pel, tapi apa daya kecoa itu terbang, hingga membuatnya histeris. Perlu dicatat, Laras tidak takut dengan kecoa, ia hanya merasa geli jika kecoa itu terbang.

Bad mood sudah, hari ini dirinya benar-benar kesal, setelah kecoa itu terbang entah kemana Laras melanjutkan kegiatan mengepelnya dengan setengah hati, ia mengepel asal lantai yang penting basah, tak peduli bersih atau tidak. Setelah selesai, Laras menarik tong sampah menuju belakang sekolah, suasana sekolah begitu sepi, tak seperti biasanya ada kegiatan ekstrakurikuler. Mungkin, karena akan ada kegiatan dua hari mendatang sehingga kegiatan ekstrakurikuler diliburkan.

Laras melewati barisan kelas XII, memang lumayan jauh jarak antara kelasnya menuju halaman belakang sekolah, ia harus melewati beberapa kelas dan ruangan tempat alat-alat penunjang kegiatan ekstrakurikuler, seperti alat musik sampai brankar pun ada yang biasanya digunakan oleh anggota PMR. Pantas saja, tong sampah di kelasnya selalu kelebihan muatan, karena muridnya paling tidak mau jika harus membuang sampah, boro-boro membuang sampah ke halaman belakang sekolah, membuang sampah ke depan kelas saja males, ada yang menitip ada pula yang menyimpannya di kolong meja.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Laras sampai di tempat pembuangan sampah, menengok ke sekeliling, terasa sepi, sepertinya hampir semua murid sudah pulang, mungkin hanya dirinya seorang yang ada di tempat ini, seketika Laras bergidik teringat cerita Vica tentang hantu yang jahil di sekolah ini, Laras meyakinkan dirinya untuk tidak takut, dirinya juga kan suka jahil, seharusnya sesama jahil tidak perlu takut, Laras terus menggumamkan kata-kata 'sesama jahil ngapain takut' untuk mengusir rasa takut pada dirinya.

Krek ...

Sepertinya kata-kata itu tak mempan, Laras takut meski hanya harus menengok ke belakang.

"Please ... gak usah ganggu gue, gue cuma mau buang sampah, lo gak kasian sama gue? Gue capek banget, gue janji gak akan jahil sama lo kalau lo gak jahilin gue, gue permisi, byee ...."

Laras lari secepat kilat, tak mempedulikan tong sampah yang ia tinggal, yang terpenting menyelamatkan diri, mengapa rasanya jarak menuju gerbang sekolah terasa jauh, Laras mempercepat langkahnya meski sebenarnya ia sungguh lelah, tapi ketakutan itu seolah menambah energinya untuk berlari lebih cepat.

Laras mengatur napasnya yang memburu, di depan gerbang terdapat Pak Yanto, satpam sekolah, sedang duduk di pos dengan secangkir kopi dihadapannya, tanpa berpikir Laras menghampirinya.

"Pak."

"Iya, neng?"

"Mau kasih saran boleh?" tanya Laras.

"Saran apa neng?" Pak Yanto mengkerutkan dahi pertanda dirinya bingung.

"Kalau setiap hari Selasa sore jaganya dibelakang mau nggak pak? Soalnya saya takut pak, di halaman belakang ada tuhil."

"Tuhil?"

"Iya pak, saya jadi takut kalau mau buang sampah."

"Atuh neng, di sekolah mah gak ada tuyul ngapain takut, kalau mau buang sampah selesai jam istirahat aja, biar gak takut, masih banyak orang gak sepi, lagian kalau saya di belakang, gak ada yang jaga gerbang."

"Bukan tuyul pak, tapi tuhil, yaudah pak makasih sarannya, saya pulang dulu pak."

Laras heran, seharusnya dirinya yang memberi saran, ini malah terbalik Pak Yanto yang memberi saran padanya, tapi tak apa saran Pak Yanto berguna juga untuknya.

"Iya neng, hati-hati."

🍂🍂🍂

Tanpa Laras sadari, terdapat seseorang yang melihat aksinya dari balik kelas XII IPS 4, ingin mendekat tapi ketakutan seolah menggerogotinya, ketakutan yang sudah lama terpendam dalam dirinya, ketakutan yang membuatnya tersiksa, ketakutan yang membuatnya kesepian, tak ada siapapun di sampingnya, entah sampai kapan ketakutan itu terus menyelimutinya.

Ketakutan itu hadir saat dirinya melakukan kesalahan besar, kesalahan yang kini membuatnya menyesal, kesalahan yang dilakukan karena emosi sesaat, mampu menghancurkan hidupnya.

🍂🍂🍂

"Halo, Laras cantik hadir."

Video call itu di mulai dengan teriakan gadis yang sedang memakan permanen jelly, terdapat satu toples penuh permen jelly dipangkuannya.

"Vica baik, cantik, imut hadir."

Suara di seberang telepon tak kalah kencang, sepertinya kedua orang ini hobi berteriak.

"Eh, besok mapel fisika, lo udah kerjain PR belum? Gue liat dong, please gue lagi bad mood buat mikir."

"Hmm ... gimana ya."

"Ayo dong, gue gak mau kalau besok di hukum." Laras meminta dengan raut wajah memelas, matanya berkaca-kaca, bukan lebay, tapi Laras memang sedang tak bisa berpikir, di tambah hukuman yang di berikan gurunya itu tak pernah setengah-setengah, dirinya pernah dihukum mengerjakan soal-soal rumit sebanyak 40 soal, dan harus selesai hari itu juga, beruntung ada kakak kelasnya yang berbaik hati membantunya, jika tidak dirinya pasti akan pulang sore hari menjelang malam, Laras kapok dibuatnya.

"Aduh ... gimana ya?"

"Lo gak kasian sama gue? Tadi gue hampir digangguin Tuhil, tinggal jawab iya kenapa sih, biasanya juga lo liat gue kalau ada PR, gue bela-belain vidio call lo tau hiks ...."

"Bukan gue gak mau kasih tau, tapi masalahnya gue juga vidio call lo buat minta jawaban, gue belum satu pun, kirain gue lo udah, jadi gue santai aja."

"Huaaa ... punya temen gini amat, nanti gue kasih lo ke tuhil."

"Tuhil apaan sih? Daritadi tuhal tuhil terus, bukannya mikir nasib gue besok gimana."

"Tuhil, hantu jahil, masa gitu aja gak tau."

"Huaaa ... nangis aja lah gue."

______________________________________

Kalau suka jangan lupa vote ya😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cosa Inaspettata #NumiEuETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang