ADHISTA SHALSABILA

58 4 0
                                    

"Chat tidak ya? hm"

Adhista menggigit bibir bawahnya. Sayang sekali, Adhista memang sudah punya kontaknya sejak lama, tapi memang tidak ada nyali saja, apalagi cewek spek gengsian kayak Adhista nggak akan mungkin chat cowok duluan, kali.

"Nggak dulu, deh." lalu Adhista melempar handphone nya ke sembarang tempat. Lalu menghela nafas panjang setelahnya. "NGECHAT DULUAN? ITU BUKAN ADHISTA, AYOLAH ADHISTA SADAR!!" gerutu cewek itu sambil menutup wajahnya di balik guling pink, pemberian Sella, bestie-nya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

"edan edan edan!!" teriak Adhista yang tidak bisa mengontrol tangannya yang sudah gemas say hai di kolom chat pribadi kontak yang ia beri nama "Kak Gamma"

GAMMA NASA ANGKASA

Padahal, Gamma bukan tipe cowok yang tebar pesona seperti Dera. Tapi siapa yang tidak kenal Gamma Nasa Angkasa? Cowok dengan prestasi gemilang yang namanya selalu ada ketika Apel upacara.

Adhista tersenyum. Sepertinya, Adhista sudah sinting, senyum-senyum sendiri sambil melihat langit-langit kamar. "Oh God, help me!!! I'm fallin'" gumam Adhista pelan.

Genap 7 tahun Adhista menyimpan rasa itu sendirian. Hati mungilnya yang sudah gerah meronta-ronta membuat Adhista nekat memperjuangkannya sekarang. Terdengar gila, apalagi Adhista hanya seorang murid biasa yang tak memiliki kemampuan apa-apa. Huh, Dasar Adhista tak tahu diri.

Adhista memegang dadanya. Degup jantungnya berdebar kencang saat dia harus membayangkan kenyataan kalau esok ia harus menyambut keputusannya itu.

Lamunan Adhista buyar ketika ia mendapatkan hanphonenya bergetar. "Siapa sih? Ganggu banget." Adhista mengacuhkan dering itu hingga dering selanjutnya berbunyi.

"Sella ribet ah." Adhista mengacuhkan dering itu, ia meraih guling dan memejamkan matanya.

...

Keluarga kecil itu terlihat bahagia. Duduk bertiga menikmati segelas susu. Ayah tersenyum mengelus rambut gadis kecil di sebelahnya, gadis kecil itu terlihat bahagia, matanya yang menyipit karena senyumnya yang semakin melebar. Dengan bunda yang sibuk menuang susu ke dalam gelas-gelas. Keluarga yang harmonis, gumam Adhista dalam hati. Gadis itu tersenyum samar, lalu mematikan siaran tv.

Adhista dipaksa mandiri sejak kecil. Bahunya sudah tegar sejak dulu. Jadi, tak perlu khawatir dengan mentalnya. Bahkan sekarang, ia sudah lupa bagaimana caranya untuk tidak luput dari pura-pura. Hidupnya kini penuh tekanan. Tekanan fisik, otak, bahkan tekanan hati. Selalu dipaksa untuk bisa melakukan semuanya sendiri tanpa ada yang bertanya kabarnya kini seperti apa.

Semua orang mungkin ingin menjadi Adhista. Hidup glamour dengan wajah cantik bak rupawan, pintar, dan di selalu di kelilingi orang-orang baik. Tapi, sama sekali tidak ada kebahagiaan di dalamnya, Adhista hidup di bawah tekanan.

Keluarga Adhista utuh, tapi dalamnya kosong. Dulu, ia punya seorang ibu yang selalu di dambakan seluruh anak remaja yang selalu mendengarkan keluh kesah anaknya. Namun sekarang, Adhista merasa kehilangan kebahagiaan itu sejak ia sudah semakin dewasa.

Ayahnya baik, ia selalu bangga terhadap ayahnya. Akan tetapi, ia tak bisa merasakan sosok ayah seperti anak-anak yang lain. Dan pada bagian ini, seringkali ia rapuh ketika melihat kedekatan hubungan ayah dan anak di luaran sana. Air matanya reflek terjatuh.

Adhista harus pintar, harus pandai berbaur, harus hebat, harus bisa beberes rumah, harus mandiri, dan harus dewasa. Akan tetapi, ia tak pernah di beri kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. Yang sebenarnya itu adalah langkah awal menuju pendewasaan.

Kopi adalah teman terbaiknya ketika ia merasa lelah dengan segala hal. Dengan meminum banyak kopi, ia bisa merasa terbang bebas, dan pada akhirnya tertidur dan melupakan semuanya. Jadi, jangan ditanya kenapa banyak sekali bungkus kopi di rubbish bin kamarnya.

Part ini bukan sedang menceritakan sisi gelap Adhista, tapi ini sebuah sisi dimana menceritakan bahwa Adhista bukan gadis pengecut yang mudah menyerah. Ia gadis perkasa, bisa melakukan apa pun, termasuk jatuh cinta sendirian.

Hello! I wanna say thank you cause u want to read my story on Wattpad.

.
.
.
.
.

Like dan komen dari kalian buat aku tambah semangat loh buat ngelanjutin ceritanya. So, jangan lupa tinggalin jejak yaa ❤️

PAPILLONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang