Siapa Spesies Jailangkung itu?

16 1 0
                                    

Adhista ngebut. Entah sudah berapa kali ia bertemu lampu merah, akhirnya ia sampai juga.

Dompet itu tergeletak bebas di atas meja makan. Sepertinya, ia lupa ketika ia sedang ingin membuka kulkas, dompetnya sengaja ia taruh di atas meja makan.

Adhista bernafas lega. Jika saja ia kehilangan dompetnya, maka dijamin ia akan berpuasa selama sebulan.

Ia pun meraih dompet dan menciumnya. "Aku tak bisa hidup tanpa kamu muach!" ucap Adhista dengan akhir kalimat yang menjijikkan.

Adhista melaju kembali ke tempat dimana ia menyantap Bakmi beberapa waktu lalu.

Setelah sampai, matanya berkeliling mencari Raja. Orang yang menyerupai jailangkung. Tidak diundang tapi muncul begitu saja.

Adhista menyerahkan kartu debitnya. Tapi, mba kasir itu menolaknya.

"Tidak usah mba, temen mba yang tadi sudah bayar."

"Si Raja kampret itu mba?"

"Iya, mungkin mba. Saya tidak tahu namanya."

"Bener bener sialan ya si Raja. Mau dia apa sih? Kenal juga nggak." Dumelnya sambil mengambil kembali debitnya.

" Makasih, ya mba."

•••

Raja. Nama itu berhasil membuat Adhista kepikiran. Matanya terus menatap langit-langit kamar. Bahkan, ia terus mengingat - ingat. Barangkali, Raja adalah orang yang pernah ia temui di masa lalu.

Namun, usahanya sia-sia. Ia tetap tidak menemukan kata kuncinya.

Pelukannya pada guling semakin erat ketika menjelang malam. Badannya kedinginan, seperti nya di luar akan turun hujan.

Adhista beranjak turun dari busa empuknya, berjalan mendekat ke arah jendela. Benar, air deras itu turun disertai suara gemuruh.

Gadis itu tersenyum, dan mulai menjatuhkan bokongnya di atas kursi belajar. Matanya terus menatap derasnya hujan yang turun, dengan pikiran yang entah berlabuh kemana.

Yang pastinya, hujan akan terus membuatnya ingat akan sosok ibunya. Ingin rasanya ia menelpon ibu saat itu juga. Rasa rindu itu sudah sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata kata, hanya sebuah pelukan yang bisa menyembuhkannya.

Pelukan seorang ibu. Bahkan, ia sudah lupa rasanya dipeluk ibu. Dibelai dan di sayang ketika ia sedang menangis, disuapi ketika sedang lapar dan malas makan, di temani ketika sedang hujan, dan terus memeluknya, karena Adhista takut dengan gemuruh.

Dulu, gemuruh adalah musuh terbesar Adhista. Namun, kini ia sangat menyukai gemuruh. Suaranya itu selalu mengantarnya pada kehangatan dimana ia sedang di peluk erat oleh sang ibu.

Ibu nya masih ada. Tapi, jauh entah kemana. Kini, Adhista benar benar hidup sendiri. Padahal, umurnya masih sangat belia.

Tidak ada yang kuat menjadi Adhista. Ia sadar akan hal itu, dan oleh sebab itu ia tidak pernah menyalahkan takdirnya sekalipun takdir itu berkata buruk.

Ia sangat menyukai kehidupannya sekarang, ditemani art pribadinya, Rona. Membuatnya seperti bebas namun tidak kesepian.

Namun, Kak Gamma..

Laki-laki itu tak kunjung menatapnya. Banyak usaha telah Adhista usahakan untuk membuat Gamma beralih kepadanya.

Tapi, itu sia-sia. Laki laki itu tidak sama sekali meliriknya.

Malapetaka besar ketika orang asing bernama Raja itu hadir di dalam kehidupannya. Raja mengusik kehidupannya belakangan ini. Entah muncul dari dimensi mana, sehingga cowok aneh itu tiba tiba hadir di sudut dunia dimana Adhista menepi.

"Aku mau jadi sutradara!"

"Kalau aku, aku mau jadi tentara!"

Kedua anak itu tertawa secara bersamaan.

Adhista mengelus puncak kepala teman laki-laki nya, mengucapkan selamat tinggal dan..

Adhista bangun dari tidurnya.

Sial, mimpinya itu berhasil membuat Adhista tidak konsentrasi belajar saat di sekolah, tidak nafsu makan ketika jam istirahat, dan membuatnya bengong seharian.

"Siapa dia?" Ucapnya dalam hati.

KIRA KIRA, APA YANG TENGAH TERJADI? APAKAH ADHISTA AKAN MENEMUKAN JAWABANNYA?

(HARAP TINGGALKAN JEJAK)




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAPILLONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang